Maskot Kubar Diganti, Sejumlah Dewan Beda Komentar

135 views

Soal anggaran patung diakui tidak pernah dibahas

Patung Macan Dahan menggantikan Burung Enggang sebagai Maskot Kabupaten Kutai Barat. SONNY LEE HUTAGALUNG/KABARKUBAR.COM

BARONG TONGKOK – KABARKUBAR.COM
Riuh rendah suara masyarakat Kabupaten Kutai Barat atas hilangnya patung burung Enggang dari persimpangan jalan perkantoran Pemerintah Kabupaten Kubar dan Gedung DPRD Kubar. Apa sebab? Patung burung yang dianggap ciri khas adat budaya suku Dayak di Pulau Kalimantan itu, tiba-tiba lenyap. Seakan disihir, dan kini berganti patung sebuah binatang garang, Macan Dahan.



Patung Macan Dahan yang muncul dengan biaya APBD Kubar tahun anggaran 2008 senilai Rp1,356 miliar itu, ditanggapi berbeda sejumlah anggota DPRD Kubar. Meskipun sama-sama mengaku belum pernah ikut membahas anggaran pembangunan patung binatang pemangsa itu, tapi wajar bagi mereka jika dipermasalahkan. Sebab untuk membangun sebuah patung itu, memakai uang rakyat. Dan menyangkut jati diri daerah yang disebut Tanaa Purai Ngeriman.

Diakui Ketua Fraksi Patriot Nasional Pelopor Demokrat Sejahtera, Abdul Malik, gonjang ganjing penolakan terkait pergantian maskot Kubar itu baru didengarnya. Menurut Ketua DPD Partai Amanat Nasional Kubar ini, pilihan Bupati Kubar Ismael Thomas mengganti maskot kabupaten dari burung Enggang jadi Macan Dahan cukup wajar. Karena Macan Dahan dianggap binatang khas Kubar dan hampir punah.

“Macan Dahan mau punah, jadi perlu dilestarikan atau diabadikan. Lagi pula belum ada Perda (peraturan daerah) tentang maskot sebelumnya, wajar saja bila diganti,” ujarnya.

Patung Burung Enggang atau Tingang dalam bahasa dayak di hulu Sungai Mahakam, telah hilang dan digantikan patung lain. ISTIMEWA/KABARKUBAR.COM

Sekretaris Fraksi Golkar DPRD Kubar, Syang Hay mengakui, muncul kontroversi seputar munculnya patung Macan Dahan. Yang dibangun tepat di depan jembatan kembar jalan masuk perkantoran eksekutif dan legislatif. Syang Hay menyesalkan jika hingga saat ini belum pernah diadakan musyawarah bersama masyarakat untuk membahas rencana penggantian maskot. Sebab maskot menjadi ciri daerah yang mewakili semua suku, etnis maupun ras di Kubar.

“Mudah-mudahan sudah pernah dibahas bersama tokoh-tokoh adat atau tokoh masyarakat. Hak semua warga untuk mempertanyakan maksud penggantian maskot daerah,” jelas politisi Partai Golkar ini.

Tanggapan sama disampaikan Nyangun Alui. Politisi Partai Demokrat Kubar ini sepakat jika pihak pemerintah mengundang terlebih dahulu para tokoh adat untuk membahas pergantian maskot. Seandainya ditolak mayoritas perwakilan dalam musyawarah tersebut, tidak bisa ditolak.

“Sebelum menetapkan maskot sebelumnya, sudah dibahas bersama tokoh adat dan tokoh masyarakat dari seluruh penjuru Kubar. Mestinya maskot baru juga dilakukan hal yang sama,” ungkapnya.

Ketua Komisi A DPRD Kabupaten Kutai Barat, Agustinus Ding. SONNY LEE HUTAGALUNG/KABARKUBAR.COM

Diakui Ketua Komisi A DPRD Kubar, Agustinus Ding, burung Enggang merupakan simbol tatanan budaya mayoritas suku Dayak di Kaltim bahkan Kalimantan. Enggang dalam bahasa suku-suku Dayak di hulu sungai Mahakam disebut Tingang. Selain mencerminkan pola hidup damai warga Dayak, perwujudan burung Tingang ditampilkan dalam hampir semua seni budaya, Juga ritual adat suku Dayak di daerah pedalaman Sungai Mahakam.

“Kalaupun ada rencana mengganti Tingang, tidak masalah jika sudah disetujui seluruh lapisan masyarakat se-Kubar. Jangan sampai memunculkan cemburu sosial antar etnis di Kubar. Perlu kajian mendalam sebelumnya,” katanya.

Soal penggantian maskot menjadi pembicaraan hangat tidak hanya di Kubar saja, tapi warga Samarinda asal Kubar tidak tinggal diam. Bahkan Wakil Walikota Samarinda, Syaharie Jaang, turut berkomentar. Pria yang lahir dan besar di Kecamatan Long Pahangai ini menyayangkan maskot pemersatu seluruh warga Dayak tersebut diganti Macan Dahan.



“Memang tidak harus ada perda untuk mengganti maskot daerah, tapi mestinya musyawarah dulu dengan perwakilan semua suku, etnis maupun adat budaya di Kubar,” tukasnya dalam rapat bersama tokoh masyarakat adat Dayak Bahau, Kenyah, Medang, Aoheng dan Bekumpai di Samarinda. #Sonny Lee Hutagalung

Komentar

comments