19 Kecamatan Terendam, Perekonomian di Kubar Terancam

4 views

April 2005 Tercatat Bencana Banjir Terbesar Dalam 50 Tahun Terakhir

Air yang telah menggenangi jalan di wilayah Kecamatan Melak, membuat sebagian warga pun melakukan aktivitas dengan berperahu. SONNY LEE HUTAGALUNG/KABARKUBAR.COM

MELAK – KABARKUBAR.COM
Hujan yang turun selama beberapa pekan terakhir, mendatangkan hal positif dan negatif di tengah masyarakat. Ada yang menganggap sebagai keuntungan karena menyuburkan dan menyegarkan tanaman di ladang. Para pencari ikan di sungai pun lebih mudah mendapatkan ikan. Fenomena alam ini juga menimbulkan masalah sosial dengan banyaknya wilayah di Kabupaten Kutai Barat tergenang air akibat curah hujan yang tinggi.

Tercatat 19 dari 21 kecamatan mengalami banjir. Hanya Kecamatan Barong Tongkok dan Linggang Bigung yang tidak terdampak banjir. Banjir terparah menimpa kampung-kampung yang berada di daerah pesisir Sungai Mahakam dan Sungai Kedang Pahu.

April 2005 lalu, diperhitungkan sebagai bencana banjir terbesar dalam 50 tahun terakhir. Yang mencapai ketinggian sampai 5 meter lebih di beberapa tempat. Hingga menenggelamkan ratusan rumah. Salah satu kampung yang mengalami banjir tahun lalu itu adalah Muyub Ilir di Kecamatan Tering.

Menurut warga setempat, seluruh penduduk yang berjumlah sekitar 240 kepala keluarga harus mengungsi ke tempat yang lebih tinggi di seberang kampung. Barak bekas Base Camp perusahaan kayu PT Triwira Asta Bharata menjadi tempat untuk mereka berteduh selama beberapa pekan menunggu air surut.

“Tahun lalu semua penduduk kampung seberang itu mengungsi ke sini. Hingga barak yang sudah sepi ini, sejak perusahaan tutup tahun 2003, menjadi seperti kampung baru. Setelah paman saya yang mengungsi ini, pasti akan menyusul yang lainnya karena memang rumahnya lebih rendah dari yang lain,” ujar Mangsyah, pemuda penjaga barang perusahaan yang masih ditinggal.

Ia tinggal dengan orangtua dan adik-adiknya di barak, seraya bersama media ini membantu mengangkat barang pindahan pamannya pada Selasa, 25 April 2006.

Situasi di tepian Melak pun terlihat berubah, karena air yang telah mencapai ketinggian 30 centimeter di jalan aspal. Terlihat para pedagang sayur dan ikan pasar tradisional Melak telah menempati badan jalan di pinggir sungai. Sebab lebih tinggi datarannya dari pada di dalam pasar itu sendiri.

Seorang warga Melak, Ikhwan, menduga banjir tahun ini akan sama seperti tahun lalu dengan melihat kondisi air yang pasang perlahan-lahan. “Tidak salah lagi, ini sama seperti tahun lalu, bisa sampai ke Jalan Gunung Aji sana air nih,” jelasnya.

Perekonomian Kubar yang mayoritas di sektor pertanian turut terdesak oleh air yang terus meninggi. Sebagian dari 24.703 hektar perkebunan karet berada di daerah yang rawan banjir. Sehingga menghambat para petani karet tersebut. Sementara untuk persawahan tidak terlalu luas, namun mengalami masalah yang sama.

Menanggapi masalah itu, Kepala Dinas Pertanian Kubar, Ir H Timur Luri Saksono menjelaskan, banjir di Kubar sudah menjadi banjir periodik. Yang terjadi sampai dua kali dalam setahun. Bisa berdampak positif dan negatif terhadap masyarakat.

Sebagai instansi yang berhubungan dengan perkebunan, peternakan dan pertanian, diakui terkena imbas dari datangnya fenomena alam ini. Pihaknya telah berusaha menyosialisasikan jauh hari sebelumnya sebagai antisipasi. Ia berharap para petani yang kebanjiran melapor kepada pemerintah kecamatan.

Selanjutnya diteruskan pada dinas tentang kerugian jenis komoditas, luasan lahan yang rusak, lokasinya dan masuk dalam kelompok tani mana. “Agar kami dapat menindaklanjuti,” paparnya ketika dikonfirmasi di ruangan kantornya pada Jumat, 28 April 2006.

Ditambahkan Timur Luri, pihak Distan Kubar terus berusaha melakukan lobi kepada pihak terkait di Pusat demi menjawab keinginan warga. Terbukti dengan adanya pembangunan pabrik karet di Kampung Rejo Besuki, Kecamatan Barong Tongkok.

Yang beroperasi tidak beberapa lama lagi sebagai hasil kerja sama dengan PT Davco, dari Filipina. “Investasi Penanaman Modal Asing 100 persen ini dapat mendongkrak harga karet yang selama ini belum stabil,” tambahnya.

Tahun 2004 lalu, Distan Kubar telah berhasil mengupayakan kepada Departemen Pertanian dengan mengajukan Program Tanggap Darurat. Berupa pemberian bibit pertanian dan peternakan. Hal ini terus diupayakan untuk membantu masyarakat dan juga dapat membantu warga yang terkena banjir.

Sementara itu, Pemerintah Kabupaten Kutai Barat terus melakukan pemantauan di beberapa daerah yang kebanjiran. Guna menyiapkan langkah-langkah membantu kebutuhan warga. #Sonny Lee Hutagalung

Komentar

comments