Segudang Pengalaman di Polri Jadi Bekal Memberi Rasa Aman Bagi Warga Kaltim
SAMARINDA – KABARKUBAR.COM
Aksi teroris di Surabaya dan beberapa daerah lain di Indonesia membangunkan ingatan peristiwa duka di Samarinda 13 November 2016 silam. Waktu itu sebuah bom molotov diledakkan di Gereja Oikumene Sengkotek, Samarinda. Inilah serangan teroris pertama yang terjadi di Kalimantan Timur.
Peristiwa ledakan terjadi sekitar pukul 10.30 Wita saat puluhan jemaat Gereja Huria Kristen Batak Protestan sedang giliran menggunakan gedung Gereja Oikumene. Pelaku peledakan berhasil ditangkap warga saat berusaha melarikan diri dengan menceburkan diri ke Sungai Mahakam.
Aksi itu, tidak dilakukan sendirian oleh pelaku. Ada komplotan teroris yang akhirnya dibongkar oleh Polri di bawah Kapolda Kaltim Irjen Pol Safaruddin. Tidak butuh waktu lama, Safaruddin mampu menciduk 7 tersangka dalam kasus tersebut. Mereka dianggap terlibat dalam perencanaan, pelatihan, perakitan bom, hingga peledakan bom molotov di Gereja Oikumene Sengkotek. “Betul, ancaman teroris itu ada di mana-mana. Kita di Kaltim pernah mengalaminya. Tepat di zaman saya menjabat Kapolda,” kenang Safaruddin, Kamis 17/5/2018.
Sepekan ini publik Benua Etam dikagetkan serentetan peristiwa terorisme yang terjadi di beberapa tempat. Mulai dari kerusuhan para narapidana teroris di Mako Brimob, Kelapa Dua Jakarta, serangan bom bunuh diri di gereja di Surabaya, hingga serangan ke Mako Polrestabes Surabaya dan Mapolda Riau.
Sosok Safaruddin yang kini menjadi Calon Wakil Gubernur Kaltim meletakkan masalah keamanan sebagai hal utama. Bahkan menyangkut rasa aman itu pernah dipertegasnya saat acara Debat Publik yang disiarkan secara langsung oleh Inews TV di Jakarta.
Ketika acara Debat Publik itu, Safaruddin diminta pemandu acara untuk bertanya kepada Cawagub nomor 3 Hadi Mulyadi. Pertanyaan Safaruddin langsung menohok, yakni; mengapa soal keamanan tidak ada dalam visi dan misi Pasangan Calon Nomor 3?
Hadi Mulyadi menjawab bahwa urusan keamanan diserahkan kepada Polri dan TNI. Pada saat itulah Safaruddin menjelaskan bahwa soal rasa aman itu nomor satu. Aman dulu baru bisa rakyat memperoleh kesejahteraan. “Keamanan adalah hal pertama yang dimohonkan Nabi Ibrahim kepada Allah SWT. Setelah keamanan, baru kesejahteraan yang diminta doa Nabi Ibrahim,” ujar Safaruddin memberi penjelasan kepada Hadi Mulyadi, mantan Ketua DPD PKS Kaltim itu.
“Doa anugerah keamanan negeri ini merupakan doa saat Nabi Ibrahim AS meminta kepada Allah SWT agar Makkah menjadi kota yang aman, damai, dan diberikan pula rezeki yang berlimpah kepada penduduknya,” jelas Safaruddin.
Dia kemudian mengutip doa Nabi Ibrahim atau yang dikenal sebagai doa anugerah untuk keamanan negeri dalam bahasa Arab. Dalam Alquran Surah Al Baqarah ayat 126, doa Nabi Ibrahim berbunyi;
“Rabbi ij’al haadzaa baladan aaminan waurzuq ahlahu mina altstsamaraati man aamana minhum biallaahi waalyawmi al-aakhiri qaala waman kafara faumatti’uhu qaliilan tsumma adtharruhu ilaa ‘adzaabi alnnaari wabi/sa almashiiru,” kata Safaruddin.
Artinya adalah; “Ya Tuhanku, jadikanlah negeri ini, negeri yang aman sentosa, dan berikanlah rezki dari buah-buahan kepada penduduknya yang beriman diantara mereka kepada Allah dan hari kemudian”.
Begitulah sosok Safaruddin yang telah pensiun sebagai jenderal bintang dua. Sekadar catatan, Safaruddin disebut-sebut sebagai putra terbaik di angkatannya. Sejak lulus Akademi Kepolisian, 1984, putra Kelahiran Sengkang, Sulawesi Selatan, 10 Februari 1960 ini punya prestasi dan karir yang cemerlang. Sebelum duduk di kursi nomor satu Polda Kaltim, Safarudin mengabdi sebagai Wakil Kepala Badan Intelkam Mabes Polri. Ia merupakan lulusan Akpol dengan pengalaman dalam bidang reserse.
Awal karir Safarudin dimulai di Jawa Timur. Mengemban amanah sebagai Kapolres Surabaya Timur dan Karo Polda Jawa Timur. Sejak 2008 sampai 2010, Safarudin mulai masuk ke Mabes Polri. Namanya semakin bersinar setelah tiga tahun berjibaku di Kalimantan Barat sebagai Wakil Kepala Polda Kalimantan Barat.
Sejak 2010 hingga 2013 di Kalimantan Barat dengan pangkat Komisaris Besar Polisi, Safaruddin diangkat menjadi Analis Kebijakan Madya Bidang Jianstra SSDM Mabes Polri. Setelah kurang lebih setahun di Mabes Polri, Safarudin naik pangkat menjadi Brigjen Polisi pertengahan Oktober 2014.
Kurang lebih setahun berstatus Jenderal Bintang Satu, Safarudin dipercaya menjadi Wakil Kepala Badan Intelkam Mabes Polri. Dan akhirnya kembali ke Pulau Borneo memimpin Polda Kaltim dengan status Jenderal Bintang Dua. Di tengah-tengah menjalankan tugas sebagai Kapolda Kaltim, Irjen Pol Safaruddin pernah digadang-gadang bakal menggantikan Kabareskrim Komisaris Jenderal Anang Iskandar.
Selain dikenal sebagai perwira tinggi Polri, Irjen Safaruddin punya kebiasaan melakukan safari di kampung-kampung. Bahkan kerap diundang menjadi penceramah di pesantren dan menjadi khotib Sholat Jumat. Latar belakangnya yang seorang santri, membuatnya lebih mudah diterima kalangan ulama maupun para santri.
Selalu ada pesan yang diberikan kepada kalangan santri, yakni agar senantiasa terus belajar dan membuka wawasan yang luas. #Achmad Yusuf