Banyak Pedagang di Pasar Masih Mengenal Jaang dan Keluarga

MELAK – KABARKUBAR.COM
Menamatkan sekolah di SMP Negeri Melak dan SMA Negeri 1 Melak, H Syaharie Jaang, punya segudang kisah semasa kecil. Hal itu terungkap dari cerita sejumlah warga Kecamatan Melak yang berjumpa dengan Walikota Samarinda periode 2011-2021 itu. Nostalgia singkat pria yang akan menjadi Calon Gubernur Kalimantan Timur periode 2018-2023 ini pun diisi banyak gelak tawa.
“Inya ini kawan kami lagi halus, dulu pernah kami sama-sama kerja mbersehkan batang, mulai tahun 1984 sampai mini endik betemu, pas sekali temu dulu tu, dah jadi walikota. (Dia ini kawan main kecil saya dulu. Pernah sama-sama kerja bersihkan kayu log, sejak tahun 1984 tidak bertemu, dan sekali bertemu dulu sudah jadi Walikota Samarinda),” ungkap Sukirman (58), warga RT 9 Kelurahan Melak Ilir, dengan bahasa Kutai yang kental.

Pria dengan gigi yang sudah mulai habis dan tampak kusam ini, sambil tersenyum lepas, spontan memeluk dan menyalami Syaharie Jaang. Sejumlah pedagang dan pembeli pun banyak yang langsung mendekati Jaang ketika masuk ke Gedung Pasar Melak, di Jalan Dimbak RT 9 Kelurahan Melak Ilir, Selasa 17/10/2017.
Tidak sendiri, Syaharie Jaang diiringi kakak kandungnya, Muhammad Syafri Ruslan dan seorang adiknya Edi Jaang yang akrab disapa Minan. Kontan saja, canda tawa terdengar di gedung pasar tradisional itu. “Saya kenal bapak ini dari kecil, tapi saya sebaya dengan adiknya, yang namanya Wita (saudara perempuan Jaang),” kata Sri Wahyuni (45), yang lebih banyak menjual asesoris di dekat pintu Gedung Pasar Melak.
“Saya ni bekawan baik dengan Fatimah (kakak perempuan Jaang), dengan keluarga sida Pak Jaang kenal baik jua. Kendia kupadahi keluarga etam, kapan lagi urang etam, jangan urang terus. Aku ini kawan baik Fatimah, kenal baik juga semua keluaga Jaang. Nanti saya beritahu keluarga kita, kapan lagi orang kita (jadi gubernur), jangan selalu orang lain,” celetuk Betty (72), warga RT 3 Melak Ilir.

Hal sama disampaikan Maria Nengsih, juga warga RT 3 Melak Ilir yang berjualan daging ayam dan bumbu jadi. Sebagai senior di SMA Wijaya Kusuma (yang menjadi SMAN 1 Melak), ia mengenal baik Jaang. “Saya ini tamatan tahun ajaran 1982/1983, dia itu adik kelas. Senang juga lihat teman jadi orang sukses, dan semoga terkabul jadi Gubernur Kaltim,” katanya.
Tidak hanya bercengkerama dengan puluhan pedagang dan pembeli yang kebanyakan mengenalnya sebagai ‘Anak Melak’, Jaang juga berbelanja ikan dan beberapa komoditi. Kemudian ia mendatangi Pasar Olah Babaya di Kelurahan Melak Ulu, yang merupakan pindahan dari Terminal Melak karena kebakaran di tahun 2011 lalu.
“Saya adeknya Apoi, sekelas di SMA dengan Minan,” kata H Idham (48), warga Jalan H Nurdin RT 10, Melak Ilir. Ia membuka warung makan yang juga menjual aneka kue tradisional.
“Kami ini adik kelas bapak, memang sudah lama sekali ya, jadi wajar saja lupa,” kata Lidia dan Lia, saudara kembar yang kompak berjualan ikan. Lidia tinggal di RT 3 Melak Ilir dan Lia di Mentiwan, Melak Ulu.

“Saya sering ketemu bapak di Dalam Pagar, Banjar Kalimantan Selatan,” ujar Jubaidi (42), warga Melak Ulu yang merantau dari Banjarmasin ke Melak di tahun 2001. Pedagang asesoris dan tas kecil ini mengaku dalam setahun 5 kali belanja barang dagangannya ke Banjarmasin.
Ia sekalian mengikuti Haul Syech Muhammad Arsyad Al Banjari, di Masjid Dalam Pagar, Desa Dalam Pagar Ulu Kecamatan Martapura Timur, Kabupaten Banjar Provinsi Kalsel. Saat Haul yang biasa disebut Datu Kelampayan itu, ia selalu melihat Syaharie Jaang. “Saring melihati inya mun haulan (Sering melihat dia saat haul),” katanya dalam bahasa Banjar.

‘Kami biasa hadir bersama di Pengajian dan Haulan di Samarinda,” imbuh Munajat (44), warga RT 2 Melak Ilir yang juga memiliki rumah di Kota Samarinda.
“Saya tinggal di RT 8 Kelurahan Masjid, Samarinda Seberang. Masjid atau fasilitas lainnya Selalu dapat bantuan dari Pak Jaang,” kata H Hambali (46), yang sedang mengantarkan barang dari Samarinda ke Pasar Olah Babaya.
Jaang pun tidak segan memeluk kawan atau para tetangga di masa kecilnya itu, dan mengajak berfoto bersama. Bahkan ia kerap lebih dulu mengingat nama sosok yang ditemuinya, dan keluarga dekat mereka. “Loh, kita (kamu) ini Herman Felani kan? Ndik (tidak) ingat lagi kah samaku?,” katanya kepada kawan kecilnya bernama Ihat, pemilik Warung Makan Dian Sanak. Kawan kecil semasa SMP Jaang itu pun lantas tersenyum dan berkisah masa kecilnya. #Sonny Lee Hutagalung