Bersaing Dengan Batako, Produsen Bata Merah Bertahan Hidup

37 views

Pasarkan Produksinya ke Proyek Bangunan

Mubin (48), tetap bersemangat menjalankan usaha produksi batu bata merahnya di RT 4 Kampung Sekolaq Muliaq, Kecamatan Sekolaq Darat. LILIS SARI/KABARKUBAR.COM

SEKOLAQ DARAT – KABARKUBAR.COM
Setiap bulan Mubin (48), bisa memproduksi 10 ribu batu bata merah. Dengan harga jual Rp600 perbata, ia telah membuka usahanya sejak tahun 2008 lalu. Meski bersaing dengan produsen batako, Mubin tetap yakin bata buatannya akan dicari mereka yang ingin membangun rumah atau bangunan lainnya.

 Mubin membuka usahanya di Gang Bata Merah RT 4 Kampung Sekolaq Muliaq, Kecamatan Sekolaq Darat. Saat ini ia menghasilkan bata sekitar 500 biji perharinya, dengan dibantu orangtua dan anak sulungnya. “Tadinya anggota saya ada 5 orang, tapi sudah pulang ke kampungnya masing-masing di Jawa,” ujarnya, Sabtu 23/9/2017.

Pria dengan 3 anak ini mengaku tiba di Kabupaten Kutai Barat pada tahun 2000, dan mulai menetap di Sekolaq Muliaq di tahun 2012. Memulai usaha produksi bata merah sejak awal 2008 dengan pola menyewa lahan. Tapi dia lebih dulu mempersiapkan fasilitas sendiri, seperti gudang mencetak dan tungku bakar, barulah dibuat perjanjian kontrak.

“Dulu saya di Royoq Kampung Sekolaq Oday, punya modal buka lagi di Sendawar. Karena akan dibangun pelabuhan, dan tidak boleh lagi ada usaha atau rumah, makanya cari lahan baru,” ungkap pria asal Kota Malang, Provinsi Jawa Timur yang menikah di Royoq Kampung Sekolaq Oday.

Dibantu Orangtua, Mubin memproduksi sekitar 500 bata merah perharinya. LILIS SARI/KABARKUBAR.COM

Soal produksi, Mubin menjelaskan, mulai mengolah tanah hingga proses pengeringan dengan menjemur, butuh waktu 10 hari. Jika kerja normal, sehari bisa menghasilkan 500 bata merah. Namun tidak bisa bekerja penuh selam sebulan, hingga hasilnya di kisaran 10 ribu bata merah perbulan. Setidaknya dalam sebulan dapat hasil sampai 9.000 bata merah.

 

Untuk pemasarannya, Mubin mengaku harus mencari di mana ada pekerjaan bangunan beton. Juga mencari relasi atau rekan yang memiliki gudang. “Kadang ke Tabai, tempat adik yang masih saudara sepupu, kami kerja sama. Kalau batanya habis, mengambil di sini,” katanya.

Pendapatan Mubin sangat dipengaruhi musim hujan, karena bata merah akan lambat kering. Jika biasanya sampai 10 hari kering, akan melambat hingga 20 hari saat musim penghujan. “Lakunya juga lambat, karena banyak yang pakai batako. Mau cepat dapat uang banyak tidak bisa. Ini bata mentah numpuk dan bata masak belum keluar-keluar (laku),” keluh Mubin.

Meski demikian, Mubin tetap mencetak bata dengan menambah tempat menjemur, agar bisa tetap kerja. Waktu kerjanya sebagai pemilik usaha juga tidak bisa sama dengan rekan kerja atau anggotanya. Sebab, Mubin juga harus mencari kayu bakar dan mengantar pesanan bata merah ke lokasi pembeli. #Lilis Sari

Komentar

comments