Danrem: “Bukan kita justru merenggang, tetapi semakin erat rasa persaudaraan kita”

BARONG TONGKOK – KABARKUBAR.COM
Komandan Komando Resor Militer 092 Aji Surya Natakesuma, Brigadir Jenderal TNI Cahyo Suryo Putro, mendatangi kediaman keluarga Medelin Sumual (MS). Dalam silaturahmi itu, Danrem menyampaikan sungkawa atau dukacita mendalam atas peristiwa pembunuhan terhadap MS. Tidak tangan kosong, ia membawa buah tangan berupa bingkisan untuk mempererat tali silahturahmi, yang diterima oleh nenek dari almarhumah.
Danrem menyatakan kehadirannya atas nama keluarga besar TNI bersama kepolisian. Guna menyampaikan turut berdukacita mendalam. Harapannya kepada keluarga besar MS, diberikan kekuatan dan keikhlasan oleh TUHAN dalam menghadapi peristiwa tersebut.
“Kita semua bersaudara. Mari kita ciptakan suasana yang kondusif,” ujar Brigjen Cahyo Suryo Putro di rumah yang berlokasi di RT 1 Kampung Linggang Bigung, Kecamatan Linggang Bigung, Kabupaten Kutai Barat pada Kamis, 11 Februari 2021.

Ia datang bersama Komandan Komando Distrik Militer 0912/Kutai Barat, Letkol Infanteri Anang Sofyan Effendi. Turut pula mendampingi, Kepala Polres Kutai Barat AKBP Irwan Yuli Prasetyo. Danrem 091/ASN mendatangi kediaman keluarga MS di sela kunjungan kerja ke teritorial Kodim 0912/KBR.
“Dengan adanya kejadian ini, bukan kita justru merenggang, tetapi semakin erat rasa persaudaraan kita. Apalagi tadi kita dengar bersama dari tetua adat, sudah menyampaikan bahwa kita sepakat untuk tetap jalin silahturahmi,” kata pria dengan pangkat satu bintang di pundak ini.
Keluarga MS yang didampingi Ketua Presidium Dewan Adat Kabupaten Kutai Barat, Yustinus Dullah, menyambut baik kedatangan Danrem. Keluarga juga berterimakasih atas kepedulian yang disampaikan bersama Dandim dan Kapolres Kubar, serta semua pihak.
“Kami ucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada Danrem, Dandim, Kapolres serta semua tokoh yang hadir, dan turut tetap ciptakan suasana yang kondusif,” kata Bonifasius Dion yang mewakili keluarga MS.

Terima kasih yang sama atas sarana adat yang dibawa dan merupakan inisiatif Wilhelmus, seorang tokoh adat Dayak di Kubar. Meski Wilhelmus tidak mewakili pihak manapun, namun diterima keluarga MS.
Sarana adat yang dibawa Wilhelmus, berupa piring dan mangkuk putih dengan tepung tawar, uang Rp400 ribu yang bernilai satu guci atau antang. Ada juga satu antang dengan motif naga tewalakng. Tujuannya, sebagai pagar atau pembatas agar masalah ini tidak menjadi besar dan terjadi hal serupa di kemudian hari.
“Mari kita kerja sama untuk ciptakan keamanan dan perdamaian di Kubar. Hal yang sudah terjadi kita serahkan ke ranah hukum, dan juga kepada adat,” pesan Wilhelmus
Yulianus Henock Sumual yang juga mewakili keluarga, mengaku keluarga berdukacita yang mendalam. Tapi sudah menjadi komitmen keluarga besar untuk menyerahkan masalah tersebut ke pihak aparat hukum, dan lembaga adat kabupaten. “Kami sangat apresiasi kepolisian yang sudah luar biasa mengungkap kasus (pembunuhan MS) ini,” ujarnya.

Pria yang juga Panglima Komando Pertahanan Adat Dayak ini menegaskan prinsip, apapun keputusan lembaga adat, dihormati pihak keluarga MS. Kenapa harus lembaga adat, karena menurutnya keputusan adat mengikat.
“Supaya tidak ada balas membalas. Adapun kepada etnis pelaku, kami keluarga besar berharap mereka kembali bekerja seperti biasa. Karena ini murni kriminal. Namun mari kita hargai keberagaman yang ada. Masalah denda adat, segeralah koordinasikan dengan lembaga adat,” tegas Yulianus Henock.
Pertemuan tersebut dihadiri Pelaksana Tugas Camat Linggang Bigung, Kristian, dan Kepala Kampung Linggang Bigung, Bastianus. Hadir pula sejumlah kepala adat dan tokoh adat dari beberapa kampung. #Sunardi