6 Lokal di SDN 010 Ongko Asa Rusak Berat

BARONG TONGKOK – KABARKUBAR.COM
Pencairan dana Bantuan Operasional Sekolah atau BOS tahap pertama di Kabupaten Kutai Barat membuat sejumlah kepala sekolah kebingungan. Pasalnya dari 214 Sekolah Dasar Se-Kubar, ada 12 sekolah terjadi pergeseran data siswa. Hal itu telah dilaporkan ke Kepala Seksi Pendidikan di kecamatan masing-masing sekolah dan diteruskan ke Dinas Pendidikan Kubar.
Di Kecamatan Sekolaq Darat, terdapat enam dari tujuh SD yang tertukar datanya. Sehingga ada kekurangan dana BOS yang dicairkan sekolah-sekolah di wilayah kecamatan baru hasil pemekaran dari Kecamatan Melak ini. Masalah tersebut mendapat tanggapan serius Camat Sekolaq Darat, Rusliansyah. Ia pun meminta Kasi Pendidikan Kecamatan, FX Kaswi, untuk mengecek ke Diknas Kubar.
Kaswi mengakui, SD Negeri 07 yang melaporkan 94 siswa, hanya menerima dana Rp6.345.000. Berdasarkan ketentuan, besar dana yang diterima sekolah penerima BOS adalah Rp19.583 persiswa SD perbulannya. Maka sekolah itu mengajukan Rp11.045.000 untuk penerimaan satu semester.
SDN 06, menerima dana sesuai dengan pengajuan mereka sejumlah Rp6.345.000. Berbeda dengan SDN 05, justru mendapat dana lebih dari Rp13.630.000 yang diajukan. Yaitu menerima senilai Rp15.510.000.
SDN 04 kekurangan Rp5.757.500 dan SDN 03 adalah sekolah yang kekurangan dana BOS paling banyak, yaitu Rp12.573.000. Jika SDN 02 selisih kekurangan mencapai Rp8.812.500 dan SDN 01 kurang Rp9.634.990. “Dari hasil temuan ini, saya merekap ulang laporan sekolah-sekolah dan turun langsung untuk meng-cross check keakuratan data,” ungkap Kaswi.
Kasi Pengembangan dan Pengadaan Buku dan Modul Diknas Kubar, Ampeng, mengaku telah menerima laporan dari beberapa kepala sekolah. Ia pun menjelaskan jika data yang didaftarkan ke Diknas Provinsi Kalimantan Timur disusun pada April 2005. Kemungkinan pada tahun ajaran baru 2005/2006 ada penambahan murid.
“Namun hal ini bukanlah penyebab terjadi kekurangan dana itu. Sebab jumlah keseluruhan dana BOS untuk Kubar sesuai dengan angka kumulatif yang diajukan seluruh SD di Kubar. Juga berdasarkan laporan bulanan yang kami terima dari sekolah-sekolah,” jelas Ampeng kepada media ini pada Rabu, 4 Januari 2006.
Diakuinya, data yang tertukar di antara 12 SD di Kubar sudah dilaporkan ke Diknas Kaltim. Diharapkan data yang sudah dilaporkan untuk tahap berikutnya di tahun 2006 ini tidak ada lagi kekeliruan.
Soal kekeliruan itu, Saperi, yang telah lima tahun menjabat sebagai Kepala SDN 01 Sekolaq Darat, berharap agar kekurangan dana bisa segera dicairkan. Untuk mencapai target pengembangan sekolah yang telah diprogramkan bagi sekolah yang dipimpinnya. Ia berencana memasukkan listrik yang selama ini belum dimiliki sekolah. Agar dapat mengoperasikan alat elektronik yang akan dibeli dari dana BOS demi kemajuan sekolah.
Seperti komputer dan tape pengiring senam pagi, juga untuk menggali sumur dan kakus murid yang belum ada. “WC guru pun belum ada. Selama ini menggunakan wc mes kepala sekolah, dan airnya harap air hujan atau ambil di sumur warga terdekat,” kata Saperi ketika ditemui di sekolah.
Sementara Kepala SDN 010 Barong Tongkok, Herman, menyebut dana BOS sangat menolong siswa yang tidak mampu secara ekonomi. Sebab sebagian dana dapat dialokasikan untuk pembelian buku-buku bagi murid. Sehingga bisa mengurangi beban wali murid.
Kondisi sekolah yang berada di Kampung Ongko Asa, cukup memprihatinkan dengan 80 persen plafon di enam lokalnya sudah hancur. Sebagian dinding jabuk, bahkan bolong-bolong. Namun ia mengaku kerusakan itu tidak mengganggu proses belajar mengajar. Karena menurutnya, yang terpenting adalah biaya-biaya yang menjadi beban siswa dapat dikurangi atau bahkan dihapuskan sama sekali.
“Dinas Pendidikan Kabupaten mengatakan awal tahun 2006 ini akan memberikan dana bagi pembangunan gedung sekolah kami. Walaupun ada lokal yang kalau hujan bocor tapi proses belajar mengajar tetap berjalan,” ujarnya. #Sonny Lee Hutagalung