Honor Tenaga Pengajar Masih Jauh Dari Standar
BALIKPAPAN – KABARKUBAR.COM
Memperingati Hari Autis Internasional yang jatuh pada Senin 2/4/2018. Salah satu cawagub kaltim, Safaruddin menyambangi salah satu Sekolah Luar Biasa (SLB) Dharma Kencana di Jalan Pembangunan, Balikpapan, Kalimantan Timur. Ada sekitar 103 anak berkebutuhan khusus mengenyam pendidikan mulai dari TK hingga SMA, kata Tutik Suwarni Kepala Sekolah SLB Dharma Kencana.
Kebanyakan siswa yang belajar di sekolah yang didirikan tahun 2003 itu, Tuna Grahita. Dimana banyak siswa yang memiliki keterbelakangan mental, dikenal juga dengan istilah retardasi mental (mental retardation). “Anak tuna grahita memiliki IQ di bawah rata-rata anak normal pada umumnya, sehingga menyebabkan fungsi kecerdasan dan intelektual mereka terganggu,” ungkapnya.
Lanjut Tutik, sebenarnya masih banyak anak berkebutuhan khusus di Balikpapan yang tidak sekolah. Bukan karena mereka tidak mau, tapi lantaran kebanyakan dari mereka warga tidak mampu. Sehingga terbentur dengan batasan ekonomi keluarga. “Di Gunung Guntur itu banyak. Tapi orang tuanya kebanyakan gak sanggup bayar,” katanya.
Setiap bulan paling rendah siswa SLB Dharma Kencana membayar SPP sebesar Rp 200 ribu. Pembiayaan setiap siswa bervariasi, tergantung dari kemampuan orang tua. “Gak sama semuanya. Bahkan ada yang gratis. Kita pakai subsidi silang. Yang mampu bayar lebih untuk yang tidak mampu. Kita sodorkan duluan diawal,” bebernya.
Di hadapan cawagub Kaltim nomor urut 4, Tutik menyampaikan bahwa kesejahteraan guru SLB di sini masih jauh dari kata layak. Sebulan tenaga pengajar di sini hanya menerima gaji dari yayasan sebesar Rp 600 ribu. “Bila bukan panggilan hati, barangkali tidak ada yang mengajar mereka. Semoga bila bapak terpilih, nasib kami-kami ini juga diperhatikan,” tuturnya.
Mendengar hal itu Safaruddin terkejut, ia tak menyangka gaji guru SLB jauh dari kata cukup. Sebabnya, ia berjanji akan memberikan perhatian khusus kepada SLB di Kaltim. “Anggaran pendidikan kita itu besar, bu. 20 persen. Itu lebih dari cukup bila turun ke bawah dengan benar. Insya allah, minimal gaji guru sesuai dengan UMK,” kata mantan Kapolda Kaltim tersebut.
Safaruddin yang dikenal suka dengan anak-anak berkesempatan masuk ke dalam kelas. Saat itu para siswa SLB tersebut tengah belajar Pendidikan Kewarganegaraan. Ia tampak berbagi senyum dan tawa kepada anak-anak yang mengenakan seragam putih merah tersebut.
Tepuk tangan dan tawa anak-anak tersebut sempat membuat mata Safaruddin tampak berkaca-kaca. Dalam kesempatan itu ia memberikan motivasi kepada mereka untuk giat belajar, kemudian mematuhi semua perintah guru di kelas. “Jangan pernah menyerah. Terus belajar. Dengarkan semua perkataan guru,” ujar Safaruddin menyudahi perjumpaannya bersama anak-anak di dalam kelas, saat itu.
Diungkapkan Safaruddin, dari Data Centre of Disease Control (CDC) di Amerika pada bulan Maret 2014, prevalensi (angka kejadian) Autisme adalah 1 dari 68 anak. Secara lebih spesifik 1 dari 42 anak laki-laki dan 1 dari 189 anak perempuan. Ini menunjukkan bahwa specific prevention and protection dibutuhkan dalam upaya pencegahan dan pengendalian Autisme.
“Saat ini di Indonesia belum ada data statistik jumlah penyandang Autisme. Namun mereka diperkirakan semakin meningkat tiap tahun. Lihat saja kunjungan di rumah sakit umum, rumah sakit jiwa, pskiater,” jelasnya.
Safaruddin berharap, jangan sampai ada anak berkebutuhan khusus didiskriminasi di Kalimantan Timur. “Mereka ini sangat membutuhkan perhatian, baik dari keluarganya maupun dari lingkungan,” tuturnya.
Bersama Cagub Rusmadi, pensiunan jenderal polisi bintang 2 ini bertekad memberikan kesempatan, baik dalam pelayanan kesehatan, rehabilitasi, maupun fasilitas pendidikan dan pelatihan kerja bagi anak-anak berkebutuhan khusus. Selain itu, meningkatkan jumlah tenaga ahli dalam penanganan autisme, seperti tenaga terapis bicara, psikiater serta psikolog klinis anak, dan tenaga professional lainnya. #Achmad Yusuf