Mengoleksi piala dari sejumlah ajang tradisional

BARONG TONGKOK – KABARKUBAR.COM
Gasing dikenal sebagai salah satu alat permainan tradisional banyak daerah di Indonesia. Termasuk di wilayah daratan dan sepanjang tepian Sungai Mahakam hingga ke batas negeri jiran, Malaysia. Selain sebagai olahraga, bermain gasing yang disebut Begasing oleh suku Dayak dan Kutai di wilayah Kabupaten Kutai Barat, bisa jadi prestasi.
Begasing menjadi salah satu permainan tradisional yang diminati semua kalangan dan usia. Permainan adu ketangkasan memutar gasing ini selalu menjadi salah satu tontonan menarik pada ajang budaya di sejumlah daerah.

“Banyak prestasi kita raih dari olahraga tradisional, khususnya Begasing. Festival Dahau kita sering dapat predikat juara, dan tahun 2018 lalu dapat Juara 1. Festival Kemilau di Samarinda tahun lalu juga jadi juara,” kata Kepala Dinas Pemuda Dan Olahraga Kabupaten Kutai Barat, F Bang Ngau pada Jumat, 17 April 2020.
Menurutnya, olahraga tradisional Kubar tetap dilestarikan melalui instansi yang dipimpinnya. Begasing, menjadi salah satu cabang yang dikembangkan. Karena sangat diminati masyarakat dan ada banyak atlet bisa diandalkan dalam ajang perlombaan olahraga tradisional.
“Februari 2020 lalu, kita main di perayaan ulang tahun Desa Bendang Raya (Kecamatan Tenggarong, Kabupaten Kutai Kartanegara). Rencananya ada even yang sama di Tenggarong sebelum lebaran, dan di Muara Muntai pada bulan Juni nanti. Tapi karena wabah corona, semua ditunda atau dibatalkan,” kata Bang Ngau yang belasan tahun bertugas di Sekretariat DPRD Kubar.
“Kaum muda perlu ikut melestarikan budaya kita agar terjaga dan tidak lekang oleh waktu dengan kecanggihan teknologi sekarang ini,” pesan Bang Ngau.
Diungkapkan Kepala Seksi Pengelolaan Dan Pembinaan Olahraga Dispora Kubar, Jemmy Yulian Mulu, pihaknya terus mengembangkan permainan gasing. Latihan tidak terhenti meski situasi wabah yang membuat aktifitas masyarakat dibatasi. “Kita begasing sambil berjemur di terik matahari, sekalian menjaga kebugaran agar tidak mudah terjangkit virus corona,” katanya di tengah latihan begasing bersama Kadispora dan enam rekannya.

Jemmy menjelaskan, ada dua jenis permainan gasing yang biasa dipertandingkan. Yakni model begasing tradisional yang dimainkan di tanah, yang memakai gasing asli berbahan kayu tanpa modifikasi. Gasing biasanya dibuat dari kayu Bengkirai atau Empas yang memiliki tekstur rapat dan keras, tapi tidak mudah retak.
Standar gasing dibatasi ukuran lingkarannya, yakni 9 centimeter dengan tinggi sekitar 5 centimeter. Tali penarik tidak dibatasi panjang atau ukurannya. “Model lainnya ini pakai bearing atau besi tambahan, dan dimainkan di semen atau aspal,” ujarnya.
Permainan gasing, lanjutnya, biasa dimainkan beregu dengan tiga personel tiap regu. Satu sesi ada yang diberikan kesempatan 15 kali pukulan gasing. Setiap pemain melemparkan gasingnya untuk menghantam gasing lawan yang sedang berputar di dalam lingkaran berdiameter 70 centimeter.
Hasil pukulan akan menjadi penilaian untuk dicatatkan sebagai poin atau skor. “Jika masih dalam lingkaran, diberi nilai 10. Gasing keluar dari lingkaran tapi masih di radius 50 centimeter jaraknya, diberi nilai 8. Terakhir dikasih nilai 5 jika gasing berada di luar 50 centimeter tapi tidak lebih dari 5 meter jaraknya dari lingkaran,” jelas Jemmy.
Ada juga jenis Turai, dengan gasing berukuran lebih pendek yang dimainkan dengan mencari waktu putaran terlama. Biasa dimainkan oleh 4 sampai 5 pemain, dengan tidak saling pukul gasing. Tapi dinilai dari lamanya waktu putaran atau durasi gasing.
“Waktu 10 menit sampai 15 menit disebut Berajaan. Kita disini rekor putaran bisa sampai 10 menit, tapi di Tenggarong biasa sampai 18 menit,” imbuh Unti Alius, salah seorang atlet Begasing.
Jika durasi putaran gasing bisa mencapai lima atau enam menit, diakui sudah bagus. Karena ada yang lepas dari landasan berbahan triplek atau plywood berukuran 1 meter. Ada kelas underbond dengan gasing yang dimodifikasi, bahkan bisa sampai 20 menit durasi putarannya.

Dalam permainan gasing ini menyebut pemenang sebagai Raja. Bagi yang kalah disebut Ulun atau Pembantu. “Kalau gasing standar, 10 menit sudah senang kita. Itu sudah lama dan tergantung setelan bearing, yang kalau di Tenggarong bisa disetel atau dicopot-copot,” kata Unti Alius.
Ditambahkannya, atlet begasing andalan Kubar adalah Alkatib yang kini adalah Kepala Bidang Pembudayaan Olahraga Dispora Kubar. “Beliau sering main di luar, bos kami main gasing,” ujarnya. #Sonny Lee Hutagalung