Tulaq Bala Dihadiri Ratusan Warga Kampung dan Diikuti 2 Perusahaan
BARONG TONGKOK – KABARKUBAR.COM
Masyarakat Kampung Pepas Eheng di Kecamatan Barong Tongkok juga melakukan ritual adat warisan leluhur Dayak Benuaq. Ratusan warga kampung yang berada di perbatasan dengan Kecamatan Nyuatan itu berkumpul mengikuti ritual Tulaq Bala. Tujuannya, meminta perlindungan leluhur dari wabah yang menjadi momok menakutkan saat ini, Virus Corona Disease (Covid-19).
Bertempat di RT 1, perbatasan dengan Kampung Engkuni Pasek. Tepatnya kebun karet milik Ketua Badan Perwakilan Kampung Pepas Eheng, Usin. Di lokasi ritual Tulaq Bala berjarak sekitar 50 dari jalan lintas utama antar kecamatan, ratusan warga dari beragam usia mengikuti ritual yang dipimpin Tukut sebagai Pememang.
Pria tua yang biasa dipanggil Kakah Peni ini melakukan ritual Mempakng (membacakan mantera dan doa) kepada para leluhur. Seraya Mempakng, ada ritual Pekate Piaq (menyembelih ayam), Pekate Kokoq (menyembelih anjing) dan Pekate Uneeq (menyembelih babi).
Selanjutnya adalah ritual Tempus Patukng atau meludahi patung penanda sial atau kutuk dipindahkan ke patung kecil tersebut. Seraya mengambil bedak atau pupur berwarna kuning untuk dioleskan di pangkal leher sebagai tanda berkat leluhur bagi perseorangan.
Terakhir, sebelum warga adat diperbolehkan pulang ke rumah masing-masing, adalah melakukan ritual Wawar atau Nariiq Taliiq Sentanaan Jariiiq. Yakni membentangkan tali adat sebagai tanda larangan keluar atau masuk kampung.
“Karena kampung kami ini ada jalan lintas, jadi tidak ditutup total. Masih boleh melintas, tidak ada yang jaga. Hanya jalan atau gang dalam kampung yang kami tutup,” kata Kepala Kampung Pepas Eheng, Nerus, di sela Tulaq Bala pada Selasa, 24 Maret 2020.
Dijelaskan Nerus, akan dilakukan proses Tuhing atau Bejariq (hari tenang dan berpantang). Sejak sore ini, hingga besok atau Rabu sore. Sebagaimana biasanya dalam adat Bejariq, seluruh warga kampung tidak boleh keluar dan masuk kampung. Baik berjalan kaki maupun mengendarai kendaraan.
“Hasil berinuq (musyawarah) malam tadi, sudah disepakati Lockdown (kuncian/isolasi/tutup akses) kampung. Bedanya, kampung lain bukan lintas. Jadi mereka bisa menutup total jalan kampungnya. Kita kuatir ada yang sakit, apalagi warga kampung lain, jadi jalan lintas tidak ditutup,” ujarnya.
Nerus mengaku ini Tulaq Bala kedua kali dalam hidupnya. “Dulu sewaktu saya masih kecil, ada Repaaq (wabah) semacam kolera, sampai tujuh orang meninggal dalam sehari. Akhirnya dibuat asap di kolong rumah, dan semua diminta berdiam dalam rumah. Sebagian lagi mengungsi ke ladang,” kisahnya.
Diakuinya, ada dua perusahaan yang beroperasi di Pepas Eheng. Mereka telah memberitahukan kepada pihak perusahaan galian C dan perkebunan kelapa sawit itu agar mengikuti aturan adat Bejariq. Sebab wabah Corona dinilai adalah masalah dunia, bukan lagi nasional.
“Tidak ada yang mau wabah ini. Jadi ikhlas, dan cukup pejarig di masing-masing kampung. Ini tidak bisa diwakili, misalnya saat prosesi Tempus Patukng. Nanti di tiap rumah akan dibuat tanda dengan paku parap (pohon pakis hijau),” pungkas Nerus.

“Ini kearifan lokal sebagai upaya melalui adat kami Dayak Benuaq untuk mencegah virus masuk di kampung ini. Semoga seluruh warga kampung, juga semua masyarakat Kubar tidak kena virus berbahaya ini,” imbuh Armansyah Ngudau, Ketua PAC PDI Perjuangan Kecamatan Nyuatan. #Sonny Lee Hutagalung