Dinas Pertanian Akan Tanami 1.000 Hektare Lahan Baru Setiap Tahun

BARONG TONGKOK – KABARKUBAR.COM
Keinginan para petani karet agar ada sebuah pabrik di Kabupaten Kutai Barat, akan segera terwujud. Karena telah datang investor dari Filipina bernama PT Davco Sendawar Industri. Telah membangun sebuah bangunan pabrik di atas lahan seluas lima hektare di Kampung Rejobesuki, Kecamatan Barong Tongkok. Hadir sejak tahun lalu, dan kini dalam tahap penyelesaian pabrik.
Pihak Manajemen perusahaan merencanakan uji coba September 2006 dan diperkirakan aktif pada November 2006 ini. Pabrik karet yang sangat dinantikan petani karet di Kubar ini juga dilengkapi satu unit mesin generator listrik berkekuatan 500 KVA.
Manajemen perusahaan disebut Davco ini menyebut saham perusahaan dapat dimiliki oleh Pemkab Kubar. Melalui Perusahaan Daerah, bilamana sepakat dalam penawaran. Pada awalnya murni berupa penanaman modal asing, namun akhirnya bisa dinegoisasi pemerintah.
“Dulu tawarannya mencapai 60 persen, akan disepakati kembali untuk kedepannya,” ungkap Syachran Eric Lenyoq perwakilan Davco yang juga anggota DPRD Kubar dari Partai Patriot Pancasila, ketika kunjungan Wakil Gubernur Kaltim di lokasi pabrik.
Ditambahkan Eric, pabrik memerlukan pasokan getah karet sekitar 2.000 ton perbulan. Itu akan diolah menjadi Tire Grade produk standar dan berbentuk Crum Rubber blok segi empat berbobot 33,3 kilogram perblok sebagai standar ekspor. Meskipun kebutuhan maksimal pabrik hanya 4.000 ton perbulan, pabrik tetap siap untuk menampung seluruh hasil petani karet di Kubar.
Terpisah, Kepala Dinas Pertanian Kubar, H Achmad Sofyan menjelaskan, Pemkab Kubar berkomitmen meningkatkan hasil produksi karet petani. Melalui pembinaan dan bimbingan langsung kepada para petani. Produksi karet di Kubar mencapai lebih dari 2.000 ton perbulan dengan luas lahan lebih kurang 27.000 hektare. Hal itu membuat Kubar tercatat sebagai penghasil komoditi karet terbesar di Kaltim. Bahkan terbesar kedua di Pulau Kalimantan setelah Provinsi Kalimantan Selatan.
Pemerintah juga memprogramkan karet sebagai komoditas unggulan Kubar. Sekaligus menjaga kelestarian hutan yang telah rusak sebahagiannya oleh pembalakan liar yang tidak disertai reboisasi. “Selain sangat bermanfaat bagi warga sebagai petani karet, juga turut menjaga alam tetap lestari karena merupakan tanaman keras,” jelasnya di ruang kerja pada Selasa, 28 Agustus 2006.

Achmad Sofyan melanjutkan, jenis tanah di Kubar sangat cocok ditanami karet. Sehingga direncanakan akan menanam 1.000 hektare lahan baru setiap tahunnya. Sejalan dengan itu, petani akan diarahkan untuk menggunakan pola teknik budidaya. Supaya mendapat hasil panen yang lebih banyak dan berkualitas. “Untuk itu Dinas Pertanian akan memonitor pupuk yang ada di kios pupuk, agar kebutuhan pupuk petani karet terpenuhi sehingga bisa meningkatkan produksi,” katanya.
Diperkirakan harga karet di tingkat petani juga akan turut terdongkrak. Secara otomatis meningkatkan pula kesejateraan rakyat dengan berdirinya pabrik ini. Sebab dapat memutus rantai jaringan pembeli karet yang selama ini didominasi pengusaha dari Banjarmasin, Kalsel.
Dengan mengupayakan Kadar Karet Kering mencapai standar internasional hingga 98 persen, maka harga karet tidak lagi seenaknya dipermainkan para makelar. Khususnya di tingkat petani dengan berbagai alasan. Seperti nilai tukar rupiah yang anjlok sampai pada kendala transportasi dan kerusakan jalan.
Terkait kenaikan harga karet tersebut, Davco yakin dapat menaikkan harga karet setidaknya 10 sampai 20 persen. Sebab tetap akan memperhitungkan ongkos angkut karet jadi ke luar Kubar. Selain itu, diperkirakan Rp10 miliar sampai Rp15 miliar yang berkaitan dengan karet akan tetap beredar di Kubar dengan adanya pabrik.
Tidak kurang puluhan truk memasuki kampung-kampung di Kubar untuk membeli karet langsung kepada petani. Ada juga membeli dari para pengusaha lokal yang menjadi pengumpul setiap minggu. Setiap minggu ada empat sampai enam kapal pengangkut hasil karet Pelabuhan Melak, dengan kapasitas muatan masing-masing kapal mencapai 50 ton karet.
Beberapa kalangan khawatir akan ada ratusan orang kehilangan pekerjaan dengan berdirinya pabrik. Karena dengan sistem saat ini, banyak memakai tenaga kerja seperti buruh angkut di pelabuhan, pengumpul dan pengusaha jasa angkutan.
Menyikapinya, Achmad Sofyan segera mengadakan diskusi dengan berbagai pihak untuk merumuskan sistem jaringan kerja yang tepat. Sehingga tidak merugikan orang lain. “Akan dipikirkan sinkronisasi bagi pihak yang berhubungan langsung dengan karet. Jangan sampai ada yang kehilangan pekerjaan,” pungkasnya. #Sonny Lee Hutagalung