PLN Minta Meteran Diganti Jadi Prabayar

SILUQ NGURAI – KABARKUBAR.COM
Masyarakat di tujuh kampung dalam wilayah Kecamatan Siluq Ngurai akan lebih senang. Sebab PT PLN telah berencana menambah mesin pembangkit listrik berbahan bakar diesel atau solar. Mesin itu akan ditempatkan di Unit Layanan Desa PLN Sangsang, di Kampung Sangsang, Kecamatan Siluq Ngurai.
“Rencana akan datang satu unit mesin berkapasitas 500 Kwh (Kilo Watt Hour Meter),” ungkap Koordinator ULD PLN Sangsang, Darlin pada Rabu, 8 September 2021.
Darlin mengakui, saat ini PLN Sangsang mengalirkan listrik sebesar 220 Kwh ke tujuh kampung. Yaitu Sangsang, Muhur, Kaliq, Tanah Mea, Tebisaq, Bentas dan Muara Kelawit. Ada empat unit mesin pembangkit yang menyediakan daya 250 Kwh.
“Dua beroperasi, dan dua lagi rusak. Kalau mesin 500 Kwh datang, yang sekarang menyala 12 jam bisa menyala 24 jam,” ujar pria yang baru pindah tugas ke PLN Sangsang dari sebelumnya bertugas sebagai Operator PLTD Bongan sejak tahun 2015.
Ia menambahkan, mereka siap melaksanakan perintah pimpinan dari PLN Ranting Sendawar di Melak. Jika mesin tambahan tersebut sudah siap dioperasikan. Hanya saja, saat ini ada sejumlah warga yang tidak mau meteran listriknya diganti dari manual ke voucher atau prabayar.
Meski baru beberapa pekan bertugas di PLN Sangsang, ia mengaku sudah pernah didatangi warga yang marah karena menolak meterannya diganti jadi prabayar. Alasannya tarif listriknya lebih mahal dari sebelumnya.
“Soal ganti meteran wewenang Ranting di Melak, kami hanya mengurus teknis atau jaringan listrik. Kalau mengeluh soal tarif, kami tidak tahu menahu. Loket pembayaran listrik pun tidak ada disini,” jelas Darlin seraya menambahkan, sedikitnya tiga kali dalam sebulan datang pasokan bahan bakar minyak yang diangkut truk tangki berkapasitas 10 ton.

Menurut Sekretaris Kampung Sangsang, Siswadi, sudah mendengar rencana PLN untuk mengalirkan listrik selama 24 jam sehari. Juga soal permintaan PLN agar meteran di rumah warga diganti menjadi prabayar.
“Tapi masyarakat banyak tidak mau. Padahal pak camat (Camat Siluq Ngurai, Bartolomius Djukuw) sudah sosialisasi lewat para petinggi dan staf,” katanya saat ditemui di kediaman.
Siswadi menuturkan, selama 20 tahun listrik dari PLN menyala hanya enam jam dalam sehari. Kemudian setahun belakangan ini sudah menyala selama 12 jam. Mulai menyala pada pukul 18.00 Wita hingga pukul 05.30 Wita.
“Kami sangat berharap bisa menyala 24 jam,” ujarnya.
Di Sangsang, saat ini baru sekitar 70 rumah dan perkantoran yang telah dialiri listrik PLN. Masih ada yang belum terpasang meteran. Sebab jaringan listrik belum bisa menjangkau semua rumah warga yang terdapat 400 lebih jiwa dalam 125 kepala keluarga dan tersebar di dua wilayah rukun tetangga.
Menurut Andreas Obi, ia berharap PLN bisa merealisasikan listrik 24 jam di kampung mereka. Jika ada warga yang belum mau mengganti meterannya, jangan menjadi penghambat program terang sehari semalam itu.
“Kalau meteran di rumah kami sudah diganti, tanpa biaya. Jangan karena ada yang tidak mau meterannya diganti, tidak jadi 24 jam,” pungkasnya.
Kepala SMA Negeri 1 Siluq Ngurai, Sabidin, juga sangat berharap lisrik dapat menyala 24 jam. Sebab, selama ini operasional sekolahnya cukup tinggi untuk lisrik. “Setahun paling tidak Rp15 juta untuk beli minyak genset (mesin pembangkit listrik). Belum lagi perawatan mesinnya, dan kerusakan alat elektronik karena voltase tidak stabil,” katanya. #Ekilovis