Sumber Dana dari Program CSR Banpu Senilai Rp6,5 miliar

BENTIAN BESAR – KABARKUBAR.COM
Lamin Adat suku Dayak Bentian di Kampung Dilang Puti Kecamatan Bentian Besar dikebut pembangunannya. Sejak Seremonial Kelanjutan Pembangunan Lamin Adat Bentian Besar, Sabtu 5 Mei 2018 lalu, rumah adat tradisional ini ditargetkan rampung di akhir tahun ini. Untuk itu, ada enam juru ukir yang bekerja seharian penuh untuk menyajikan ukiran di 371 tiang lamin.
“Saya meminta juru ukir untuk bisa menyelesaikan pekerjaannya sampai Desember 2018 ini. Tapi mereka malah memperkirakan akan selesai dalam dua bulan ke depan,” ujar Ketua Kerukunan Keluarga Dayak Bentian, Lorensius Balak, Minggu 2/9/2018, saat ditemui di Kampung Dilang Puti.
Lorensius yang saat ini juga menjabat Kepala Kepolisian Sektor Bentian Besar dengan pangkat Ajun Komisaris Polisi, berharap dukungan dari seluruh masyarakat. Khususnya para warga adat Dayak Bentian, baik yang berada di Kabupaten Kutai Barat, maupun di mana saja. “Ada beragam model ukiran yang dibuat. Ada yang disebut Tringsing Mua Walo (nanas berbuah depalan) dan Akar Beringin. Bahkan ada yang kita buat untuk menghargai keberagaman dengan motif suku lain,” katanya.
Di bagian bawah, ada 369 tiang penyangga lamin. Yang terdiri dari 14 tiang di tiap baris dari kiri ke kanan, dan 9 tiang di jajaran bagian depan ke belakang. Kemudian ada 2 tiang tepat di depan lamin, yang nantinya menyangga bangunan teras. Sedangkan di lantai utama, ada puluhan tiang yang merupakan rangkaian tiang dari bagian bawah.
“Ada sekitar 2 meter dari tiap tiang yang ditanam ke dalam tanah. Jadi pondasi cukup kokoh, dan akan lebih kuat lagi nantinya, karena dicor dengan pondasi cakar ayam. Jadi berapapun warga adat yang masuk ke dalam lamin, tidak kuatir akan roboh. Apalagi tiang dan lantai bangunan adalah jenis Ulin,” jelas AKP Lorensius Balak.

“Kami sudah mengukir dua bulan pak. Ya tinggal sedikit lagi yang belum selesai diukir. Kalau tukangnya bisa cepat mengerjakan lantai lamin, kami juga bisa segera kerjakan tiang yang di atas,” ungkap Sarmian, salah seorang juru ukir yang tampak serius mengerjakan tugasnya di bagian bawah lamin berukuran panjang 50 meter dan lebar 25 meter.
Sebagai warga Kubar dari etnis Jawa, Paulus S Buditomo mengaku kagum dengan bentuk dan struktur Lamin Adat Bentian. Terlebih saat melihat ukiran di tiap tiang yang sedang dikerjakan juru ukir, rasa salut sekaligus bangga dirasakannya. “Saya bangga menjadi saksi sejarah pembangunan Lamin ini. Karena akan menjadi warisan budaya tidak ternilai harganya bagi anak cucu kita nantinya. Ini juga adalah kekayaan budaya negara kita, Indonesia,” kata warga Kelurahan Simpang Raya Kecamatan Barong Tongkok ini saat melihat langsung di lokasi pembangunan.
Untuk diketahui, Perusahaan pertambangan batubara PT Trubaindo Coal Mining atau Banpu, berjanji menuntaskan pembangunan Lamin Adat Bentian Besar. Proyek yang terbengkalai sejak dimulai pembangunan pada 30 Januari 2013 itu, ditargetkan rampung akhir tahun 2018. Dananya bersumber dari Program Corporate Social Responsibility atau Tanggung Jawab Sosial Perusahaan Banpu senilai Rp6,5 miliar.
Pernyataan itu diaminkan Khun Com Congnun selaku Head Cluster Melak Group TCM-BEK (Bharinto Ekatama), Hirung sebagai Manajer External TCM-BEK, Herlando Sianipar yang menjabat Departement Head Comdev (Community Development) TCM, dan Khun Angkoon sebagai Coal Logistic Head TCM-BEK.

Menurut Lorensius Balak, tekad menyelesaikan pembangunan lamin menarik antusias warga. Ditambah PT Banpu berkomitmen menyelesaikan rumah adat yang mulai peletakan batu pertama oleh Presiden PT Indo Tambangraya Megah Tbk, Khun Pongsak Thongampai.
Jika sebelumnya pembangunan lamin tersebut dilakukan sepenuhnya oleh Banpu, kali ini ditangani kontraktor pelaksana yang merupakan putra setempat. Yakni Mures Wilson Jahen yang adalah Direktur Utama PT Tonar Berkat Abadi, putra Dayak Bentian kelahiran Dilang Puti.
Sedangkan bentuk sebagaimana rencana awal dengan 9 kamar yang mewakili 9 kampung (Penarung, Dilang Puti, Suakong, Jelmu Sibak, Sambung, Randa Empas, Tende, Anan Jaya dan Tukuq). Dilengkapi juga 3 kamar untuk kepala adat kecamatan dan ruang balai pertemuan.
“Banyak agenda besar yang kita rencanakan kalau lamin sudah ada. Bentian termarjinalkan, dan secara politis pun tidak dianggap menguntungkan. Kita (Dayak Bentian) mungkin tidak berpengaruh secara signifikan, tapi kita ingin dipandang sebagai satu rumpun yang memiliki jati diri,” tegas AKP Lorensius Balak.
“Intinya, kita mau Lamin Adat Bentian ini bisa rampung. Agar jati diri Dayak Bentian semakin terlihat, apalagi selama ini tidak ada lagi lamin tempat berkumpul seluruh warga adat Bentian,” pungkasnya. #Sonny Lee Hutagalung