Telan Dana Rp55 Miliar Hanya 4 Pilar, Warga Jelemuq Minta Jembatan Tering Pindah

33 views

Akses cepat ke Kota Bangun untuk memutus keterisolasian wilayah

Proyek Pembangunan Jembatan Tering di RT 3 Kampung Linggang Jelemuq diharapkan dapat dituntaskan untuk kepentingan masyarakat luas. SONNY LEE HUTAGALUNG/KABARKUBAR.COM

TERING – KABARKUBAR.COM
Proyek Pembangunan Jembatan Tering yang terletak di RT 3 Kampung Linggang Jelemuq, Kecamatan Tering tidak kunjung tuntas. Meski telah dimulai sejak tahun 2002 dan menelan dan senilai Rp 55.189.059.500 dalam tujuh tahun anggaran. Yakni Tahun 2002, 2003, 2006, 2008, 2009, 2010 dan 2015. Akhir manis dinanti ribuan warga Kabupaten Kutai Barat, khususnya masyarakat di wilayah Kecamatan Tering, Long Iram dan Linggang Bigung.

Kepala Kampung atau Petinggi Linggang Jelemuq, Alexander Yakob, mengakui bukan warganya saja yang berharap jembatan tersebut rampung. “Kampung sekeliling sini mau itu selesai. Karena akan jadi jalur ekonomi, juga untuk perkembangan kampung,” ujarnya saat ditemui di Kantor Petinggi Linggang Jelemuq pada Kamis, 23 April 2020.

Dia menyayangkan jika perencanaan proyek tampak tidak matang. Sebab ada alasan yang didengar jika proyek terhenti akibat kendala lokasi. Yakni adanya batu besar tidak bisa dipecah di puncak jalan penghubung menuju bentangan jembatan.

Kondisi terkini Proyek Pembangunan Jembatan Tering yang dijepret pada April 2020. ISTIMEWA/KABARKUBAR.COM

Alexander Yakob menyebut menjadi satu kebanggaan bagi masyarakat sekitar jika ada jembatan besar. Sekaligus bisa menjadi objek wisata, dimana warga bisa berkumpul pada pagi atau sore hari. Seperti pemandangan Jembatan Mahakam II di Kota Samarinda, Jembatan di Tenggarong dan Jembatan di Kota Bangun, Kutai Kartanegara. “Sayang lokasinya tidak dievaluasi. Seandainya mundur sediki, atau pindah lokasi ke bekas pelabuhan KEM (PT Kelian Equatorial Mining),” katanya.

Ketua Badan Perwakilan Kampung Linggang Jelemuq, Kornelius Nyudo, menyarankan posisi jembatan untuk dirubah. Karena jalan menuju bentangan ada yang sangat curam, dan banyak titik rawan longsor. Diakuinya, saat berjalan proyek pembangunan jalan Jelemuq-Tukul, bersama pemerintah kampung telah mengusulkan penyelesaian Jembatan Tering.



“Warga kami bertanya, kenapa belum selesai padahal sudah dengan biaya besar. Kami memang berharap ada kelanjutannya, dan bisa selesai,” ujarnya dalam diskusi bersama Alexander Yakob, Sekretaris Kampung Juriansyah, Kaur Pemerintahan Kampung Imran.

Pantauan KabarKubar, masyarakat yang ingin melintasi Sungai Mahakam berjalan kaki atau berkendara, hingga kini mesti menyeberang dengan perahu. Sejak tahun 2002, Jembatan Tering masih seumpama tugu dengan empat pilar berdiri di lokasi sunyi. Selama lima tahun anggaran pertama, proyek dilaksanakan dan diawasi Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Kutai Barat. Melalui Bantuan Keuangan Provinsi Kalimantan Timur, tahun anggaran 2010 dan 2015 dikerjakan dan diawasi Dinas PU Kaltim.

Anggota DPRD Kabupaten Kutai Barat, saat memantau lokasi Proyek Pembangunan Jembatan Tering pada Jumat, 6 April 2020. SONNY LEE HUTAGALUNG/KABARKUBAR.COM

Jumat, 6 April 2018, enam Anggota DPRD Kubar melihat langsung situasi di lokasi proyek pembangunan Jembatan Tering. Yaitu Zainuddin Thaib, Yansel, Sri Upami, Anita Theresia, Astaman dan Samri Nyirang. Mereka sepakat untuk menyampaikan hasil pantauannya ke gedung Parlemen Kubar. “Sudah 15 tahun Jembatan Tering masih berupa tugu dengan empat pilar. Entah sampai kapan bisa kita nikmati,” kata Astaman yang juga mantan Petinggi Kelubaq, Kecamatan Tering.

“Pembangunannya hingga saat ini tidak jelas. Setiap tahun ada pekerjaan di sana tapi mengerjakan apa tidak jelas. Selama saya menjadi kades, hanya dua tahun pembangunannya yang jelas. Yaitu beberapa tiang pancang yang ada sekarang, setelah itu semua tidak jelas,” ungkap Anastasius, mantan Kepala Kampung Tering Lama.

Petinggi Linggang Jelemuq, Alexander Yakob dan Ketua BPK Kornelius Nyudo, bersama para staf menyatakan aspirasi masyarakat setempat yang berharap Jembatan Tering dapat dituntaskan. SONNY LEE HUTAGALUNG/KABARKUBAR.COM

Anas menjelaskan, Jembatan Tering merupakan gagasan Bupati Kubar pertama, Rama Alexander Asia. Jembatan ini dirancang menghubungkan sejumlah daerah, khususnya Kecamatan Tering dan Long Iram. Adanya jembatan juga akan memudahkan akses menuju wilayah Hulu Mahakam yang sekarang menjadi Kabupaten Mahakam Ulu. Lewat jembatan ini, masyarakat juga bisa menuju Kecamatan Tabang, Muara Kaman, Kota Bangun di Kabupaten Kutai Kartanegara.

“Jembatan ini membuka jalan induk ke Kota Bangun. bisa dua jam lebih cepat, yang artinya ada penghematan biaya. Tujuannya, memutus keterisolasian wilayah yang dipisahkan oleh Sungai Mahakam. Ini juga aspek pembukaan geografis wilayah,” katanya.



Sebelumnya, Veridiana Huraq Wang yang duduk di Komisi III DPRD Provinsi Kaltim, mengaku turut mempertanyakan pembangunan Jembatan Tering. Ia menyebut, di tahun 2015 juga telah dialokasikan lagi dana untuk pembangunan jembatan tersebut oleh Pemprov Kaltim. Lewat Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Kaltim senilai Rp20,1 miliar.

Veridiana berharap jembatan itu bisa segera dimanfaatkan warga sekitar untuk membuka akses jalan di Tering dan Kabupaten Mahulu. “Kenyataannya, ada empat pilar jembatan yang terlihat mandeg di lokasi proyek. Itu pun sudah sejak tiga tahun lalu,” tukasnya.

Pembangunan Jembatan Tering tampak mangkrak tanpa kejelasan kapan dilanjutkan untuk dirampungkan. SONNY LEE HUTAGALUNG/KABARKUBAR.COM

Menurut Veridiana yang juga Ketua Fraksi PDI Perjuangan DPRD Kaltim, proyek Jembatan Tering dialokasikan dari dana APBD Kaltim sejak tahun 2009. Namun pada masa Gubernur Suwarna AF mulai dianggarkan tahun 2005 lalu, dengan alokasi dana Rp 150 miliar. “Tapi sampai sekarang, belum juga ‎tuntas. Banyak warga bertanya kapan jembatan itu selesai,” kata wanita yang juga berasal dari Kampung Tering Lama.

Pernah menjabat Sekretaris Kabupaten Kubar, Yahya Marthan mengakui, kondisi keuangan Pemkab Kubar saat itu relatif minim. Sehingga diupayakan pembebanan biaya melalui APBD Kaltim, APBN dan APBD Kubar sendiri. Memasuki periode kedua pemerintahan definitif di Kubar, ada perencanaan dan pembangunan jembatan lain yang dinilai lebih dibutuhkan. Jembatan yang kemudian diberi nama Jembatan Aji Tulur Jejangkat, akan menghubungkan Kecamatan Melak dan Mook Manar Bulatn.

“Terjadi pergantian kepemimpinan, maka dibuat perencanaan dan pembangunan jembatan Melak-Mook Manar Bulatn yang hingga saat ini juga belum selesai. Akibatnya penyelesaian jembatan Tering seolah tidak lagi menjadi prioritas. Penyelesaian jembatan Tering bernilai strategis, sehingga sepatutnya diteruskan hingga tuntas dan berfungsi,” ujarnya. #Sonny Lee Hutagalung

Komentar

comments