Yurnalis Ngayoh, Obor Dari Tanah Hulu Yang Jadi Panutan

15 views

Pria Dayak Pertama Menjabat Gubernur Kaltim

Yurnalis Ngayoh saat berbicara dalam Pertemuan 4 Gubernur Se-Kalimantan di Jakarta pada 6 Februari 2007. SONNY LEE HUTAGALUNG/KABARKUBAR.COM

BARONG TONGKOK – KABARKUBAR.COM
Kutai Barat berduka atas wafatnya Yurnalis Ngayoh, seorang tokoh besar yang menjadi panutan masyarakat adat Dayak di Provinsi Kalimantan timur. Khususnya bagi warga adat suku Dayak Tunjung dan Benuaq. Pria yang pernah menjabat sebagai Gubernur Kalimantan Timur periode 2006-2008, meninggal dunia di usia 78 tahun pada Senin, 8 Februari 2021 sekira pukul 08.10 Wita.

Putra Dayak kelahiran Barong Tongkok, Kabupaten Kutai Barat pada 20 Agustus 1942 ini, merupakan putra dayak pertama yang pernah memimpin Kaltim. Setelah sebelumnya menjabat sebagai wakil gubernur mendampingi H Suwarna Abdul Fatah.

Pemerintah Kabupaten Kutai Barat melalui Sekretaris Derah, Ayonius menyampaikan  dukacita yang mendalam atas wafatnya putra terbaik Kutai Barat ini. “Semoga amal ibadah almarhum diterima di sisi TUHAN Yang Maha Esa, dan keluarga yang ditinggalkan diberikan ketabahan,” ujarnya melalui pesan kepada media ini.

“Selamat jalan, Obor dari tanah Hulu, damai bersama Bapa di Surga,” kata Iwan Santosa Lolang, Aktivis dan Politisi yang pernah duduk sebagai Anggota DPRD Kaltim. Ia juga masih kerabat Ngayoh.

Sosok ramah dan rendah hati yang ada pada diri Yurnalis Ngayoh menjadikannya sebagai panutan masyarakat Kabupaten Kutai Barat dan Kaltim. SONNY LEE HUTAGALUNG/KABARKUBAR.COM

Beranda pribadi dan grup sejumlah media sosial ramai dihiasi ungkapan duka cita atas berpulangnya Ngayoh yang dikenal sebagai sosok ramah dan rendah hati. Jiwa penolong yang selalu tersenyum dan memberi solusi dalam berbagai hal. Beragam komunitas adat, paguyuban, organisasi kemasyarakatan, organisasi kepemudaan dan lainnya, menyampaikan bela sungkawa.

“Saya tidak pernah lupa pengalaman saat mewawancarai beliau usai menghadiri pertemuan empat gubernur se-Kalimantan di Jakarta tahun 2007 lalu. Beliau sangat senang sewaktu saya bertanya dalam bahasa Tonyooi (Dayak Tunjung), dan merespon dengan senyum. Beliau tokoh panutan bagi semua orang, dengan kesederhanaannya. Saya percaya beliau akan berada di Surga,” ungkap Sonny Lee Hutagalung, jurnalis senior di Kaltim.

Sebelum menjadi orang nomor satu di Bumi Etam, Ngayoh meniti karir dengan berbekal gelar Sarjana Ekonomi dari Universitas Gadjah Mada Lulusan tahun 1967. Diawali di Akademi Pemerintahan Dalam Negeri atau APDN Samarinda sejak tahun 1969 sampai tahun 1975.

Mengabdi di Pemerintah Provinsi Kaltim, ia pernah ditempatkan berturut-turut sebagai Kepala Biro Bina Bangda Sekwilda Kaltim, dan Pembantu Gubernur Kaltim Wilayah Selatan di Balikpapan. Kemudian menjabat Asisten Ketataprajaan, dan Asisten Administrasi Pembangunan Sekwilda Kaltim hingga tahun 1999.

Yurnalis Ngayoh membuka pagelaran adat seni budaya Hudoq di Kampung Lirung Ubing dan Naha Aruq, Kecamatan Long Pahangai pada Rabu, 17 Oktober 2007. SONNY LEE HUTAGALUNG/KABARKUBAR.COM

Ngayoh yang juga adalah Kepala Adat Besar Dayak Kalimantan Timur ini, pada tahun 2003 didaulat menjadi Wakil Gubernur berpasangan dengan Suwarna Abdul Fatah. Melalui Rapat Paripurna Khusus DPRD Kaltim, setelah mendapatkan 24 suara dari 45 suara. Pasangan ini dicalonkan oleh Fraksi Golongan Karya.

Melalui Sidang Paripurna DPRD Kaltim di Samarinda pada Senin, 10 Maret 2008 pukul 09.30 Wita, ia ditunjuk menjadi Pelaksana Tugas Gubernur Kaltim. Lewat Sidang Paripurna yang dipimpin Ketua DPRD Kaltim Herlan Agussalim.

Momen itu menorehkan sejarah. Untuk pertama kalinya putera daerah asli Kaltim dari etnis Dayak menjabat sebagai Gubernur Kaltim yang ke 10. Ngayoh menggantikan Suwarna Abdul Fatah yang sebelumnya divonis bersalah dalam kasus izin sawit.

Setelah pensiun dari jabatan Gubernur Kaltim, ia diangkat menjadi anggota Dewan Komisaris PT Pupuk Kaltim pada 22 Juli 2009.

Selain sebagai abdi negara, Ngayoh mengantongi gelar Strata 3 atau Doktor dari Universitas Tujuh Belas Agustus Surabaya. Ia juga pernah menekuni bidang pendidikan, sebagai guru di SMA 1 Samarinda, SMAK Samarinda, dan SPGK Samarinda.

Serta sebagai dosen di beberapa perguruan tinggi. Di antaranya, Universitas 17 Agustus, Universitas Mulawarman, dan sebagai Pembantu Rektor II di Unikarta Tenggarong.

Kepala Adat Besar Kecamatan Long Pahangai, Blawing Blareq, memberi nama Bekilat Ngasir Ngevaa pada Yurnalis Ngayoh. Artinya, kilat yang berpancar cepat. Nama ini memberi harapan, Ngayoh tetap menjadi pemimpin yang tangguh dan mampu bergerak cepat dalam mengayomi dengan bijaksana masyarakat wilayah Mahakam Ulu dan Kaltim keseluruhan. SONNY LEE HUTAGALUNG/KABARKUBAR.COM

Tokoh yang telah mendedikasi hidupnya bagi negara dan dunia pendidikan ini dianugerahi beberapa tanda jasa, antara lain :

  1. Lencana Emas Daya Taka dari Pemda Tk. II Pasir Tahun 1980
  2. Piagam Penghargaan Festival of American Folklife Nasional dari Smithsonian International USA
  3. Satya Lencana Karya Satya 20 tahun dari Presiden RI
  4. Satya Lencana Karya Satya 30 tahun dari Presiden RI
  5. Penghargaan dari masyarakat Dayak Benuaq dengan Gelar Kliat Ramat Tali Ayut Bintan Bulaw
  6. Penghargaan dari Sultan Kutai Kartanegara Ing Martadipura
  7. Penghargaan dari Dewan Adat Kalimantan dengan pengangkatan sebagai Kepala Adat Besar Dayak Kalimantan Timur, serta banyak penghargaan lainnya.

Beliau menikah dengan Dra Helena Nontje, dan dikarunia empat orang anak. Yaitu :

  1. Dr Adrianus Inu Natalisanto
  2. Irene Yuriantini, S.Hut, M.Si
  3. Viktor A Yulian, S.Hut
  4. Ayang Viktoria Meity, S.Psi

Pada 2 Maret 2015, istri dari Ngayoh meninggal dunia pada umur 66 tahun akibat penyakit komplikasi. Setelah sebelumnya sempat dirawat di Rumah Sakit Siloam Jakarta. #Sunardi

Komentar

comments