Jalan Mulus dan Jembatan Bagus, Tidak Ada Lagi Tangisan di Gunung Mayat dan Gunung S

101 views

Rigid Beton dan Jembatan Kelas A Mulai Dinikmati Tahun 2018

Kualitas jalan yang baik dengan jembatan dengan Kelas A, membuat arus mobilisasi masyarakat Kampung Intu Lingau dan Lakan Bilem menjadi lancar. SONNY LEE HUTAGALUNG/KABARKUBAR.COM

NYUATAN – KABARKUBAR.COM
Bagi yang lima tahun lalu biasa melewati Gunung Mayat dan Gunung S, pasti tahu seramnya kawasan di wilayah Kampung Lakan Bilem, Kecamatan Nyuatan itu. Bukan karena namanya, tapi struktur perbukitan yang terjal dan kontur tanahnya. Dulu, meski lincah mengendarai sepeda motor atau mobil, bahkan truk, tidak serta merta bisa melintas dengan mudah. Apalagi saat atau baru saja turun hujan.

“Dulu kami bilang ini gunung menangis, karena sering nangis kalau sudah sangkut disini. Bisa dua hari nunggu jalan kering, baru bisa naik dan keluar dari sini,” ungkap Syafar, asal Amuntai, Kabupaten Hulu Sungai Selatan, Provinsi Kalimantan Selatan.

Kualitas rigid beton yang baik, memperlancar transaksi ekonomi masyarakat setempat. Pedagang lemari pun sudah dengan mudah dapat menjangkau pemukiman warga Lakan Bilem dan Intu Lingau di Kecamatan Nyuatan. SONNY LEE HUTAGALUNG/KABARKUBAR.COM

Syafar kini berdagang peralatan rumah tangga, khususnya lemari. Meski kebanyakan barang dagangannya berbahan kaca, tidak menjadi masalah saat diangkut ke Kampung Lakan Bilem dan Intu Lingau. “Dulu saya sering beli durian, lai dan macam-macam buah ke Lingau dan Bilem. Jangankan pick up seperti ini, mobil dobol (double gardan) saja susah payah. Sekarang mobil Ayla saja bisa santai lewat sini,” jelasnya dalam logat Banjar yang kental.

“Dulu susah betul kalau mau keluar jual buah atau sayur ke Bigung (Kecamatan Linggang Bigung). Apalagi kalau baru hujan, motor trail saja bisa amblas. Jangan ditanya kalau sudah di Gunung S atau Gunung Mayat, bisa menangis kita,” kata Sulit, warga RT 9 Kampung Intu Lingau.

Selain memberi kemudahan bagi warga setempat dalam bepergian, ekonomi masyarakat pun makin baik dengan kelancaran transportasi pedagang menuju perkampungan. SONNY LEE HUTAGALUNG/KABARKUBAR.COM

Menurut Kepala Kampung atau Petinggi Lakan Bilem, Yosianus Moja, Gunung S dulunya lokasi warga untuk berladang dan berkebun sayur mayur. Hasilnya dijual ke Kampung Tutung yang saat itu masih ramai sebagai pemukiman.

“Jalan di kawasan itu berliku membentuk huruf s. Panjangnya sekitar 3 kilometer. Hitungannya mulai simpang Jalan Bareq sampai Mating di bawahnya Gunung S,” ujarnya pada Jumat, 27 November 2020.

Jembatan Sei Siat di wilayah Kampung Intu Lingau yang berkualitas Kelas A, membuat akses semakin mudah bagi pelintas. SONNY LEE HUTAGALUNG/KABARKUBAR.COM

Yosianus mengungkapkan, dari 9 kilometer akses dari Simpang Ketang menuju Lakan Bilem, 8 kilometer telah semenisasi atau rigid beton. Semenisasi dimulai pada tahun 2018 hingga 2020 ini. Awalnya di kawasan Gunung Mayat, lalu Gunung S. “Sekitar 2 kilometer pernah sekitar 2014, tapi tidak lama rusak. Jadi sekarang sisa 500 meter yang benar-benar tanah, 500 meter lagi aspal lama yang rusak,” katanya.

Tidak hanya jalan, Yosianus menyebut, warganya juga sangat berterimakasih atas pembangunan dua jembatan berkualitas dengan Kelas A. Yakni Jembatan Sungai Lakan dan Jembatan Sungai Namuk dengan bentangan masing-masing 30 meter.

Masyarakat dua kampung sebelumnya harus bergotongroyong memperbaiki jalan dengan alat seadanya, agar arus transportasi atau mobilisasi warga tidak tersendat. SONNY LEE HUTAGALUNG/KABARKUBAR.COM

“Kondisi jembatan sangat parah sebelum tahun 2015. Tahun 2018 sudah bagus, dan warga sangat berterimakasih kepada Pemerintah Kabupaten Kutai Barat yang peduli pada kami,” ujarnya seraya menambahkan, jarak dari Lakan Bilem ke Intu Lingau sekitar 17 kilometer.

“Baru saja jalan kami ini bagus. Kalau dulu, ya tahu sendiri. Mau jual buah atau sayur ke luar, sulit. Tidak mungkin kami tidak berterimakasih pada pemerintah sekarang ini,” ungkap Markus Silin, warga Batu Apoy yang masuk wilayah Kampung Intu Lingau.

Kondisi jalan penghubung Kampung Intu Lingau dan Lakan Bilem sebelum tahun 2018. SONNY LEE HUTAGALUNG/KABARKUBAR.COM

Petinggi Intu Lingau, Abed Nego mengatakan, ada 27 kilometer jarak dari simpang Ketang hingga ke ujung kampung di Jembatan Ngahan. Sedangkan dari Jembatan Namuk dihitung sekitar 15 kilometer menuju pemukiman warga yang berisi 568 kepala keluarga.

Kondisi jalan yang masih tanah dari ujung semenisasi ke Kantor Petinggi Intu Lingau tinggal 2 kilometer. Ditambah 1 kilometer lagi sampai ujung kampung. “Tidak jadi masalah biar hujan. Dulu bisa tiga sampai empat jam kalau mau ke kabupaten. Sekarang hanya sejam. Kalau ke jalan aspal di simpang Ketang hanya 20 menit,” jelasnya.

Semangat kerja sama masyarakat secara swadaya memperbaiki jalan yang rusak di saat pemerintah daerah belum menganggarkan peningkatan kualitasnya. SONNY LEE HUTAGALUNG/KABARKUBAR.COM

Diakuinya, ada semenisasi jalan di Intu Lingau pada tahun 2018. Dibarengi pembangunan Jembatan Lakan dan Jembatan Namuk di tahun 2018, juga Jembatan Siat di tahun 2019. “Dari dulu belum pernah dibangun begini, walau sudah berdiri Kabupaten Kutai Barat Kubar,” tegasnya.

Abed Nego mengisahkan, tahun 2017 lalu masih sangat sulit melintasi jalan Lakan Bilem dan Intu Lingau. Agar jalan bisa dilintasi, tidak jarang warga bergotongroyong memperbaikinya. Bahkan untuk mengangkut material pembangunan, harus bongkar dan muat kembali di ruas jalan yang rusak.

Petinggi (Kepala Kampung) Intu Lingau, Abed Nego, memantau kondisi Jembatan Siat yang tampak rawan dilintasi sebelum adanya pembangunan dari Pemerintah Kabupaten Kutai Barat. SONNY LEE HUTAGALUNG/KABARKUBAR.COM

“Tidak disangka kami bisa membangun. Dulu hampir tidak ada hari kami tidak gotong royong baiki jalan. Kalau tidak ditutupi batu, mobil tidak bisa jalan. Betul-betul warga yang jadi eksavator,” katanya.

Ditambahkan Sekretaris Kampung Intu Lingau, Sunadi, saat kondisi jalan rusak parah, harus mengatur jadwal jika ingin keluar kampung. Apalagi jika ada undangan acara atau pertemuan di ibukota kecamatan atau kabupaten. Sehari bahkan dua hari sebelumnya sudah harus berangkat. “Kalau sekarang, dua jam sebelumnya baru berangkat tidak akan terlambat,” katanya.

Kondisi jalan penghubung Kampung Intu Lingau dan Lakan Bilem yang terputus akibat banjir dari Sungai Siat. Pemandangan ini tidak ada lagi, setelah Pemkab Kubar meningkatkan kualitas jalan dalam bentuk Rigid Beton di tahun 2018. SONNY LEE HUTAGALUNG/KABARKUBAR.COM

Penduduk Intu Lingau, lanjutnya, sudah 2.075 orang yang memiliki Nomor Induk Kependudukan atau NIK. Sekitar 150 lebih belum masuk NIK. Yang belum memiliki Kartu Keluarga ada sekitar 100 dari 568 KK yang ada. Sedangkan Daftar Pemilih Tetap pada Pemilu tahun 2019 ada lebih dari 1.600 orang.

“Sayangnya baru beberapa tahun ini jalan kami kualitasnya seperti ini. Terima kasih untuk pemerintah daerah kita. Kami tidak sulit lagi kalau mau ke kabupaten. Kemarin saya urusan ke bank, cuma sejam. Karena jalan aman. Dulu, hari ini sudah berangkat, padahal besok acaranya,” kata Sunadi.



“Kami berharap tahun 2021 bisa semenisasi di pemukiman. Untuk gang bisa pakai dana desa,” celetuk Sopenius, Kepala Seksi Kesejahteraan Pemerintah Kampung Intu Lingau. #Sonny Lee Hutagalung

Komentar

comments