Puluhan Titik Rusak, Jalan Negara di Bentian Dikeluhkan

8 views

Laporan Penilik Jalan Dicueki Balai Satker

2705_Jalan Trans Kaltim-Kalteng
HANCUR : Jalan negara ruas simpang Trans Kubar-Samarinda di Kampung Dingin Kecamatan Muara Lawa menuju batas Provinsi Kaltim-Kalteng di Kecamatan Bentian Besar.    HENDRI PHILIP/KabarKubar.com

BENTIAN BESAR – Aspal di Jalan Trans Kaltim-Kalteng tampak mulus jika masuk dari Jalan Trans Kubar-Samarinda, tepatnya di Simpang Kalteng, Kampung Dingin Kecamatan Muara Lawa. Sepanjang 15 kilometer menuju Kecamatan Bentian Besar, hanya dua titik yang rusak. Itu pun masing-masing cuma sebagian kecil dari lebar jalan. Tidak mengganggu pengendara karena titik kerusakan terletak di tepi jalan dengan ukuran panjang 40 centimeter dan lebar 20 centimeter.

“Lepas itu rusaknya parah dan sangat mengganggu pengendara. Bahkan telah memakan korban jiwa, belum lagi yang cedera berat atau ringan,” ungkap Nyeloi Adi S, tokoh masyarakat Kecamatan Bentian Besar, Rabu (27/5/2015).

Mantan Petinggi (kepala kampung) Jelmu Sibak ini mengatakan, dari simpang Kalteng menuju ibukota Bentian Besar di Kampung Dilang Puti berjarak 35 kilometer lebih. Kerusakannya telah meresahkan masyarakat Bentian Besar sebagai pengguna jalan. Sejak mulai diaspal tahun 2008 lalu, jalan tidak pernah mulus seluruhnya. Sebab model pembangunan per ruas dan waktu yang berbeda. “Belum selesai mengaspal di ruas satu, sudah rusak di ruas yang lain,” jelasnya.

Diakui Nyeloi, ia salah seorang warga Bentian Besar yang dijadikan Penilik Jalan oleh Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional Kementerian Pekerjaan Umum Satuan Kerja Balai Wilayah Kaltim. Bertugas mengawasi pembangunan jalan sepanjang sekitar 65 kilometer dari simpang Kalteng di Dingin, Provinsi Kaltim hingga ke Lampeong di Provinsi Kalteng. Ia diminta melaporkan ke kantor Balai Satker jika ada kerusakan di ruas jalan itu. Namun, ia dan rekannya yang bertugas sama tidak bisa menghubungi pejabat berwenang. “Kita mau lapor tapi nomor telepon yang diberi selalu tidak aktif. Mau antar laporan ke Samarinda kejauhan, tidak ada anggaran untuk itu,” katanya.

Dikatakannya, tahun 2015 ada dana peningkatan dan pemeliharaan jalan tersebut senilai Rp 44 miliar dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara. Beberapa tahun belakangan, PT Budi Daya (pemilik salah satu hotel di Kota Tenggarong) menjadi kontraktor pelaksana pembangunan jalan negara tersebut. Sebelumnya adalah PT Mahir Jaya Mahakam Raya dan PT Sumber Sari. “Selama ini pengerjaan jalan juga tidak pas menurut saya. Makanya banyak ruas yang amblas, terkelupas atau menggelembung,” ujar Nyeloi.

2705_Nyeloi Adi S
Nyeloi Adi S

Nyeloi meminta agar dalam pekerjaan berikutnya, batu pelapis atau agregat menggunakan batu ukuran besar. Tidak seperti selama ini memakai batu kecil. Aspalpun diminta tebal setidaknya mencapai ketebalan 5 centimeter. “Batu agregat harus besar, ini pakai batu kecil. Timbunan agregatnya juga harusnya sampai 20 centimeter, dan tambah 15 centimeter lagi baru aspal setidaknya 5 centimeter. Ini tidak benar, makanya banyak yang amblas. Apa menunggu rakyat ngamuk, baru diperhatikan. Jangan ciptakan rakyat gila karena ngamuk terus,” ungkapnya.

Hal senada disampaikan Lirin Dingit, tokoh pemuda Bentian Besar asal Kampung Dilang Puti. Keluhan masyarakat telah kerap disampaikan ke pihak terkait, tapi terkesan diabaikan. Sejumlah kecelakaan telah terjadi akibat kerusakan jalan, hingga memakan korban jiwa. Salah satunya, seorang ibu warga Kampung Penarung, meninggal di akhir tahun 2014 lalu. Ia ikut anaknya yang mengemudikan motor melintasi jalan itu. “Tidak sadar ada banyak titik yang amblas, karena terlihat mulus. Pas di situ (jalan amblas) tidak mampu mengendalikan motor dan si ibu terjatuh, akhirnya meninggal dunia,” tukas Lirin yang berprofesi sebagai Pengacara ini.   #Hendri Philip

Komentar

comments