17 Tahun Jadi Kecamatan, Bentian Besar Masih ‘Menangis’

57 views

Harap Pemerintahan Baru Merubah Wajah Bentian Besar

0306_Jalan di depan kantor Kecamatan Bentian Besar masih berwarna merah
JALAN TANAH: Akses menuju dan keluar Kampung Dilang Puti sebagian besar masih seperti puluhan tahun silam. Bahkan seputaran kantor Kecamatan Bentian Besar pun belum tampak hitam oleh aspal atau berupa beton.    DEESELHA/KABARKUBAR.COM

BENTIAN BESAR – Sejak dibentuk menjadi sebuah kecamatan, Juni 1999 lalu, Bentian Besar belum banyak berubah. Masyarakat di sembilan kampung (Penarung, Dilang Puti, Suakong, Anan Jaya, Sambung, Jelmu Sibak, Tende, Randa Empas dan Tukuq) pun masih menjerit. Dari air, listrik hingga signal telekomunikasi terus menjadi persoalan mendasar dan masih diangan-angankan.

“Selama ini sumber air kami ya dari Sungai Lawa yang cukup keruh. Bagi yang mampu, ya membuat sumur bor untuk mendapat air bersih. Buat minum, kami beli air isi ulang,” ungkap Deli Sabeno (43), warga Kampung Dilang Puti Kecamatan Bentian Besar.

Deli yang juga Kepala Urusan Pemerintahan Dilang Puti mengatakan, persoalan listrik menjadi hal kedua dibutuhkan masyarakat. Sejak beberapa tahun, diakuinya warga setempat dapat merasakan terang di malam hari karena ada listrik yang disalurkan PLN Sub Ranting Dilang Puti. Namun listrik hanya menyala selama enam jam. Mulai menyala pukul 18.00 dan padam pukul 24.00 Wita. “Itu pun ada waktunya tidak menyala sama sekali,” jelasnya di kediaman, RT 4 Dilang Puti.

0306_Deli Sabeno menunjukkan Jembatan di RT 3 Kampung Dilang Puti
ASPIRASI: Kepala Urusan Pemerintahan Kampung Dilang Puti, Deli Sabeno (43), berharap setidaknya wajah ibukota kecamatan itu akan berubah dalam pemerintahan Bupati Kubar FX Yapan. Hal yang sama diharap terjadi pada delapan kampung lainnya di Kecamatan Bentian Besar. DEESELHA/KABARKUBAR.COM

Beruntung, Dilang Puti sebagai ibukota Bentian Besar memiliki fasilitas listrik meski terbatas. Sedangkan delapan kampung lainnya, mengandalkan mesin pembangkit listrik berbahan bakar minyak solar. Biaya tinggi tidak terhindarkan, untuk mengoperasikan mesin generator. Setiap rumah atau keluarga setidaknya harus membayar Rp 150 ribu hingga Rp 350 ribu perbulan. Bagi mereka yang mengoperasikan genset pribadi, mengeluarkan ongkos lebih tinggi lagi. “Sekitar 5 persen warga Dilang Puti malah sudah memakai listrik prabayar sejak dua tahun lalu. Saya biasa beli token Rp 100 ribu untuk dua bulan pemakaian,” jelas Deli.

“Kami di sini percaya bakal ada perubahan dengan bupati baru kita, pak Yapan (Bupati Kutai Barat FX Yapan). Bukan soal air dan listrik saja, jalan antar kampung juga perlu diperbaiki,” ungkap Deli. Ia menambahkan, Dilang Puti saat ini berpenduduk 274 kepala keluaga dengan 901 jiwa.

Hal yang sama diungkapkan warga RT 3 Dilang Puti, Tambos Situmeang (54). Infrastruktur jalan menjadi salah satu yang kerap dikeluhkan warga di sembilan kampung. Tidak jarang, orang yang baru pertama kali berkunjung ke Bentian Besar menunjukkan keheranan. “Kok jalan di ibukota kecamatan saja kebanyakan masih tanah,” katanya menirukan ucapan pendatang di Bentian.

Situmeang mengungkapkan, masyarakat Bentian Besar menanti janji pemerintah untuk membangun jalan utama (seputaran ibukota kecamatan). Sebab masih ada sekitar 1,5 kilometer jalan di lingkungan Dilang Puti, berupa tanah dan dilapisi sirtu (pasi dan batu). Itupun rusak atau berlubang di beberapa ruas dan titik jalan. “Masyarakat maklum dengan kondisi keuangan daerah tahun ini yang mungkin belum mampu untuk membangun Bentian Besar. Tapi kami percaya pak bupati tidak melupakan Bentian Besar,” ujarnya.

Bentian Besar dibentuk menjadi sebuah kecamatan saat Kubar masih masuk wilayah Kabupaten Kutai. Melalui Peraturan Daerah Kabupaten Kutai Nomor 19 tahun 1999 Tentang Pembentukan Kecamatan Bentian Besar Dalam Wilayah Daerah Kabupaten Kutai Provinsi Kaltim, dan ditetapkan tanggal 16 Juli 1999 oleh Bupati Kutai H AM Sulaiman, di Tenggarong. Dengan luas 886,4 kilometer persegi, penduduk Bentian Besar saat ini berjumlah 3.187 jiwa dengan 951 KK.    #Sonny Lee Hutagalung

Komentar

comments