Kisah Iptu Tono, Awali dan Bakal Akhiri Tugas Polisi di Polsek Long Apari

122 views

Nikahi Gadis Dayak depan Mako dan putri masuk Polwan

Iptu Ruwadiantono, Kapolsek Long Apari yang memulai karir sebagai Polisi dan akan mengakhiri pengabdian di tempat yang sama. SONNY LEE HUTAGALUNG/KABARKUBAR.COM

LONG APARI – KABARKUBAR.COM

Ruwadiantono, seorang Polisi yang kini menjabat Kepala Kepolisian Sektor Long Apari dengan pangkat Inspektur Tingkat Satu. Pria akrab disapa Tono ini, punya banyak cerita tentang daerah perbatasan di bagian hulu Sungai Mahakam. Sebab, ia mengawali karir sebagai Polisi di Polsek Long Apari, dan akan purna tugas di tempat itu.

“Empat tahun lagi saya pensiun mas. Pertama tugas disini, nanti selesai disini juga,” ujarnya dalam bincang santai di bawah pohon ketapang dekat Mako Polsek Long Apari.

Tono mengisahkan, ia masuk pendidikan untuk menjadi Polisi pada pertengahan tahun 1991. Lulus di awal tahun 1992 dari Sekolah Bintara Polisi Sukarela atau Sebapolsuk. “Saya leting (angkatan) 10. Seangkatan dengan Pak Pur (Kapolsek Long Bagun, AKP Purwanto),” katanya.

Setiap hari saat sedang di Mako Polsek, Tono bertemu atau sekedar bertatapan dengan seorang gadis. Gadis Dayak Aoheng itu bernama Ludovika Asung yang kebetulan rumahnya tepat di depan mako polsek. Hanya dipisahkan halaman berjarak sekitar 10 meter.

Cinta bersambut, Tono dan Ludovika menikah di tahun 1994. Dari pernikahan itu, lahir tiga anak. Anak pertama, Eki Aprilia Restianti Devung lulus dari Institut Pertanian Bogor dan tahun 2021 masuk ASN di Kabupaten Malinau, Provinsi Kalimantan Utara.

Anak kedua adalah Anjar Dwi Prasetyo yang lulus dari Universitas Mulawarman. Terakhir, Wanda Yulita Widianti yang bersekolah di SMAN 1 Long Apari di tahun 2022.

Alhamdulilah mas, Wanda ikut jejak saya, masih SMA tapi sudah lulus Polwan dan akan ikuti pendidikan di SPN (Sekolah Pendidikan Polisi) pada Juli tahun 2022 ini,” jelas Tono.

Empat tahun bertugas di wilayah perbatasan negara itu, Tono ditugaskan ke Polsek Jempang yang berjarak hampir 500 kilometer dari Long Apari di tahun 1996.

Setahun kemudian ia dimutasi ke Long Pahangai. Setelah setahun, ia dikembalikan tugasnya ke Polsek Long Apari. Jarak dua polsek ini hanya sekitar 50 kilometer lewat darat. Sekitar 4 jam perjalanan dari sungai jika menggunakan perahu bermesin.

Tahun 2000, ia dipindahtugaskan ke Polsek Kuala Samboja yang saat itu masih dalam satu wilayah Kepolisian Resor Kutai di Tenggarong. Empat tahun kemudian ia dimutasi kembali ke Polsek Long Pahangai.

“Tahun 2005 saya dikembalikan ke Polsek Long Apari sampai tahun 2016. Saat pangkat Aiptu, saya ikut Pendidikan Alih Golongan,” ujarnya.

Tahun 2017, Tono dipercaya menjabat Kepala Seksi Profesi dan Pengamanan Polres Kutai Barat. Kemudian menjabat Wakil Kapolsek Long Apari di tahun 2018. Akhirnya resmi menjabat Kapolsek Long Apari pada Oktober 2018.

Iptu Ruwadiantono di jembatan gantung Sungai Mahakam yang menghubungkan 7 kampung di Kecamatan Long Apari, dan menjadi kenangan sejak bertugas di daerah perbatasan itu di tahun 1992. SONNY LEE HUTAGALUNG/KABARKUBAR.COM

“Bisa dibilang bolak-balik ke Long Apari ini. Tapi memang sudah tugas, dan memang keluarga saya disini. Bersyukur di akhir tugas, bisa kumpul lagi sama keluarga,” akunya.

Dari 30 tahun pengalaman tugas sebagai Polisi, Tono mengaku ada satu peristiwa yang tidak terlupakannya. Yakni peristiwa pembunuhan salah seorang tokoh masyarakat di Kampung Long Kerioq pada tahun 1996.

Belakangan diketahui, pelaku adalah tetangga korban yang mendatangi rumah korban. Pembunuhan itu membuat marah warga tujuh kampung yang berada di ibukota Kecamatan Long Apari itu. Terlebih pelaku merupakan warga pendatang dari hilir Sungai Mahakam.

Usai membunuh, pelaku kabur ke arah hulu sungai. Warga yang emosi mencari pelaku dan berupaya menyandera istri serta anak-anak pelaku. Berharap pelaku keluar dari persembunyian.

Benar saja, pelaku keluar dari arah sungai dan langsung ditangkap. Ratusan orang yang emosi akhirnya menganiaya pelaku hingga tewas.

“Ngeri waktu itu mas. Kami (Polisi) hanya sedikit, massa banyak sekali. Tidak sempat amankan pelaku, sudah meninggal dunia di tempat,” kisahnya.

Sewaktu pelaku masih bersembunyi, Polisi sempat mengamankan anak-anak pelaku di Mako Polsek Long Apari. Warga sangat emosi dan berupaya merangsek ke dalam polsek. Bahkan ada yang mencoba mendobrak dinding bagian belakang.

“Untung saya sempat melarikan satu anak yang masih balita lewat belakang, dan menyembunyikan di rumah kami. Anak itu saya gendong, dan untung tidak ada yang lihat,” katanya.

“Nggak terbayangkan peristiwa itu mas, sangat ngeri. Itu yang tidak pernah saya lupakan. Suasana sangat mencekam,” imbuh Tono.

Kisah lainnya adalah pembunuhan yang sering terjadi di hutan. Modus perampokan gua yang berisi sarang burung walet. Ada juga akibat perselisihan dalam kelompok pencari atau pemanen sarang walet.

Pernah ada pembunuhan dengan modus perampokan dengan tiga korban tewas. Satu orang sempat melarikan diri dengan menjatuhkan diri ke jurang batu.

“Dulu dalam satu gua bisa dapat hasil ratusan kilo bahkan ton. Harga yang mahal, duit pun banyak. Waktu pembunuhan tiga orang itu, saya tidak tugas disini,” katanya.

Seperti Tono, rekan satu angkatan banyak yang juga sudah perwira. Selain AKP Purwanto, ada Iptu Darnuji yang terakhir menjabat Kanit Regident Satlantas Polres Kutai Kartanegara. Kemudian Iptu Ciptorosono yang adalah Kapolsek Barong Tongkok.

“Pernah dua kali vc (Video Call) dengan Kapolda (Irje Pol Herry Rudolf Nahak, Kapolda Kaltim) sekitar Agustus 2021 saat ada karhutla karena masanya bakar ladang,” sebutnya saat ditanya pengalaman unik dengan pimpinan.

“Dari awal tugas disini, sudah kenal. Suka gurau, sering nongkrong dan cerita dengan pemuda maupun orang tua,” ungkap Liah Dulet, Tokoh Masyarakat Kecamatan Long Apari yang memiliki banyak pengalaman bersama Iptu Ruwadiantono. #Sonny Lee Hutagalung

 

Komentar

comments