Oknum Ngaku Anggota TNI Jadi Centeng Kebun Sawit, Ini Tanggapan Dandim dan Denpom

341 views

Ada Keluhan Warga Diintimidasi Perusahaan

Parlin Manalu yang sehari-hari bekerja sebagai Mandor Pupuk, kini mendekam di ruang tahanan Polres Kubar, karena dilaporkan melakukan pemerasan oleh Manajemen PT Maha Karya Bersama. Usai diduga dipukuli, ia terbaring lemas dengan beberapa bekas pukulan, dan darah mengering di baju yang dikenakannya. ISTIMEWA/KABARKUBAR.COM

BARONG TONGKOK – KABARKUBAR.COM
Masyarakat Kabupaten Kutai Barat dan Kabupaten Mahakam Ulu tidak asing lagi dengan cerita adanya centeng perusahaan perkebunan sawit yang mengaku anggota TNI. Bahkan ada yang mengaku anggota pasukan elit TNI, yang sangat disegani dunia. Sayangnya, cerita negatif yang kerap disampaikan. Arogan, dan terkesan menjadi ‘tukang pukul’ perusahaan.

Kepala Lembaga Adat Besar Kabupaten Kubar, Manar Dimansyah, menyebut banyak keluhan disampaikan kepadanya terkait oknum yang seolah mengintimidasi warga. Apalagi mereka yang sedang dan akan berurusan dengan perusahaan. “Saya mendengar keluhan masyarakat, sawit dikawal anggota Kopassus. Kopassus itu pasukan terhormat, disegani dunia dan dicintai rakyat Indonesia. Saya tidak percaya, masak lembaga elit negara mengawal sawit?” ujarnya pada Minggu, 31 Mei 2020.



Salah satu perusahaan perkebunan sawit yang ada isu tidak baik itu, menurut Manar Dimansyah, adalah di PT Maha Karya Bersama Blok B. Ia bersama sejumlah tokoh pernah mempertanyakan ke manajemen perusahaan itu keberadaan oknum mengaku anggota Kopassus.

“Kita tanya, mana Kopassus yang menakut-nakuti warga itu. Selama ini memang kita dengar oknum itu mengintimasi. Masak Kopassus ngepam (melakukan pengamanan) di kebun sawit? Apa masih kurang lembaga yang ditugaskan untuk itu?”

Manar Dimansyah mengisahkan, pernah ada Peserta Musyawarah Besar Adat di Taman Budaya Sendawar pada tahun 2019, mempertanyakan hal itu kepada Kasdim 0912/KBR saat itu. Peserta itu bertanya soal adanya Kopassus aktif bertugas di kebun sawit. “Dijawab tidak ada, karena itu pasukan elit negara, tidak mungkin jaga sawit,” katanya.

Kepala Lembaga Adat Besar Kabupaten Kubar, Manar Dimansyah, menyebut banyak keluhan disampaikan kepadanya terkait oknum yang seolah mengintimidasi warga. SONNY LEE HUTAGALUNG/KABARKUBAR.COM

Soal rumor negatif tersebut, Komandan Kodim 0912/KBR, Letnan Kolonel Infanteri Anang Sofyan Effendi, meminta warga Kubar dan Mahulu tidak menanggapi. Terutama jika ada oknum yang mengaku sebagai anggota TNI.

“Jangan ditanggapi, karena setelah menjadi mantan anggota TNI, maka tidak ada lagi kaitannya dengan organisasi,” katanya melalui pesan WhatsApp kepada KabarKubar pada Sabtu, 30 Mei 2020 malam.

Mantan Komandan Batalyon Infanteri Raider 613 Raja Alam ini mengaku tidak ada anggota pasukan elit TNI aktif yang ditugaskan di teritorial Kodim 0912/KBR. “Kalau sepengetahuan saya, sampai dengan saat ini untuk anggota Kopassus aktif tidak ada yang ditugaskan oleh satuannya untuk melaksanakan pengamanan di wilayah Kubar,” tegasnya.

Komandan Kodim 0912/KBR, Letnan Kolonel Infanteri Anang Sofyan Effendi, siap menjaga teritorial dari gangguan keamanan dan stabilitas negara, termasuk oknum-oknum yang mengintimidasi masyarakat. SONNY LEE HUTAGALUNG/KABARKUBAR.COM

“Kalau mantan anggota yang sudah tidak berdinas aktif, kemungkinan ada yang bekerja kembali di perusahaan-perusahaan sebagai tenaga pengamanan,” imbuh Letkol Infanteri Anang Sofyan Effendi, pria kelahiran Magelang 30 April 1980, yang pernah menjabat Kepala Staf Kodim 1714/Puncak Jaya di Papua.

Detasemen Polisi Militer VI/I Samarinda menanggapi semua laporan yang masuk terkait dugaan pelanggaran etika, disiplin atau pelanggaran hukum oleh anggota TNI. Laporan masyarakat akan ditindaklanjuti dengan menyampaikan kepada pimpinan, yakni Komandan Denpom. Kemudian mengecek ke lokasi disebutkan dalam laporan.

Belum adanya Sub Denpom di wilayah Kubar dan Mahulu, pelapor diharap dapat langsung datang ke Markas Denpom VI/I di Jalan Awang Long Nomor 4, Kelurahan Bugis, Kecamatan Samarinda Kota, Kota Samarinda.



“Soal ada tidaknya Kopassus bertugas di kebun sawit, akan dicek dulu ke lokasi. Kami berterimakasih atas laporan warga. Tindak lanjut laporan akan disampaikan lewat telepon jika tidak bisa merapat ke markas,” ujar Sersan Mayor Pujianto, yang sedang bertugas di penjagaan dan menerima telepon KabarKubar.

Sebelumnya diberitakan, nahas nasib dialami Parlin Manalu yang berusia 35 tahun. Mandor Pupuk di MKBB telah sebulan lebih mendekam di ruang tahanan Polres Kubar. Karena dilaporkan melakukan pemerasan pada sejumlah pekerja sawit.

Ada oknum yang mengaku anggota pasukan elit TNI menjadi penjaga perusahaan perkebunan sawit, dan terkesan menjadi tameng manajemen dalam menghadapi masyarakat. SONNY LEE HUTAGALUNG/KABARKUBAR.COM

Namun sebelumnya Parlin telah melaporkan dugaan pengeroyokan oleh seorang centeng dan pimpinan MKBB itu ke Polres Kubar. Ia mengaku dipukuli Wd, seorang yang mengaku anggota Kopassus yang ditugaskan sebagai Pengamanan Khusus di MKBB. Tidak tahan atas siksaan yang diterima, ia pun menuruti apa yang diminta Wd dan MS yang saat itu menjabat Asisten Kepala merangkap Manager Kebun MKBB.

“Kalau kami tidak dijemput Pak Komo (anak Kepala Adat Kampung Mendung), kami tidak boleh keluar dari areal mes perusahaan,” ungkap Tisa Tarihoran, istri Parlin.

“Ah tidak ada itu pak, tidak ada pemukulan,” kata Sunahosi Lase, Humas Fangiono Grup yang membawahi MKBB pada Jumat, 29 Mei 2020 pagi dan menutup telepon dengan alasan akan menelepon kembali. Hingga hari ini tidak ada telepon dari Lase masuk ke KabarKubar.



Dikonfirmasi soal dugaan pengeroyokan itu, Kepala Satuan Reserse Kriminal Polres Kubar Iptu H Iswanto mengakui masih menangani perkara tersebut. “Masih tahap pemeriksaan,” katanya singkat melalui pesan di WhatsApp sore ini.

Saat dihubungi untuk konfirmasi, MS beberapa kali menolak panggilan KabarKubar di nomor teleponnya, 082157086xxx dan 081287995xxx. Pesan melalui WhatsApp yang terkirim, masih tanda tidak dibaca. Demikian juga Wd, tidak merespon telepon dan pesan WhatsApp di nomor 081321241xxx. #Sonny Lee Hutagalung

Komentar

comments