Disebut Air Bersih Tidak Masalah, Petinggi Penarung: “Warga Penarung beli air ke saya”

26 views

Konedi Akui Banyak Warga Beli Air Bersih Darinya

Sungai Lawa yang airnya keruh, masih menjadi pilihan sebagian warga Kampung Penarung untuk mandi dan mencuci. SONNY LEE HUTAGALUNG/KABARKUBAR.COM

BENTIAN BESAR – KABARKUBAR.COM
Keluhan warga Kampung Penarung di Kecamatan Bentian Besar mengeluhkan sulitnya mendapat air bersih. Untuk mandi dan cuci, sebagian mereka masih mengandalkan air Sungai Lawa. Namun, manajemen PT Trubaindo Coal Mining atau TCM menyebut tidak masalah karena sudah ada bantuan instalasi sarana air bersih diberikan.

Kepala Teknik Tambang TCM, Wahyu Harjanto, perusahaan pertambangan batubara itu telah berkontribusi kepada masyarakat. Termasuk membangun sarana air bersih bagi masyarakat sekitar melalui program Corporate Social Responsibility atau Tanggungjawab Sosial Perusahaan.

Untuk Penarung, dikatakan sudah dibangun sarana air bersih sejak TCM beroperasi di tahun 2009. Bantuan dimaksud juga berupa pipanisasi termasuk tandon-tandon untuk penampungan air.

“Sampai sekarang air bersih itu dipakai. Makanya saya sangsi ketika di dalam pemberitaan katanya air dari Sungai Tunau itu dimanfaatkan untuk mandi dan dikonsumsi,” katanya, seperti diberitakan RRI pada Senin, 19 Juli 2021.

Meski membenarkan adanya dugaan pencemaran Sungai Tunau, salah seorang tokoh masyarakat Penarung mengakui TCM telah menyediakan air bersih sejak tahun 2013. Itu disebut konsekuensi dari dampak lingkungan dari aktivitas perusahaan.

Kepala Teknik Tambang PT Trubaindo Coal Mining, Wahyu Harjanto, menjelaskan proses pengolahan air dari lokasi tambang kepada Komisi 1 DPRD Kubar. SONNY LEE HUTAGALUNG/KABARKUBAR.COM

“Saya jadi bingung, ada warga bilang sarana air bersih dibangun PT TCM 2013 yang lalu bagus, layak konsumsi, mandi di rumah. Tapi mengapa masih membeli air bersih ke pengusaha air? Ada apa dan mengapa?” kata Kepala Kampung atau Petinggi Penarung, Konedi kepada KabarKubar.

“Pak Yeri Toi (Ketua Badan Permusyawaratan Kampung Penarung) saja beli air ke saya. Kalau air bersih tidak masalah, kenapa banyak warga membeli air kepada saya,” imbuh Konedi yang telah berdagang air bersih kepada warga Kecamatan Bentian Besar selama beberapa tahun belakangan.

Sebelumnya kepada media ini Konedi mengakui ada sarana air bersih dari TCM. “Tapi hanya mengalir sewaktu-waktu. Apalagi musim kemarau, sama sekali tidak jalan. Dulu setelah dibangun, malah macet sampai empat tahun. Yang dari pemerintah, juga tidak jalan,” ujarnya memulai perbincangan.

Sambil mengajak KabarKubar ke tepi Sungai Lawa di bagian hulu perkampungan, ia menegaskan jika sebagian warga masih harus turun ke rakit atau jamban di sungai itu. Sebab, air bersih bantuan TCM tidak cukup untuk 135 Kepala Keluarga dengan hampir 500 jiwa penduduk.

“Tidak semua orang gunakan air dari Sungai Masap, karena tersendat-sendat alirannya. Sering masyakarat kelahi (bertengkar), karena (distribusi) air tidak maksimal. Maka yang tinggal di dalam (perkampungan) tinggal sekitar 90 KK. Sudah ada 30 KK pindah ke jalan poros,” katanya.

Konedi baru menjabat Petinggi Penarung sejak dilantik pada Senin, 5 April 2021, mengakui ia mendapat keuntungan dari kelangkaan air bersih tersebut. Sebab ia sudah empat tahun berjualan air bersih kepada warga Penarung dan Kampung Dilang Puti.

“Dulu memang jalan air dari banpu, tapi tidak layak minum. Kalau air bersih memang cukup, untuk apa warga beli air bersih ke saya. Sebulan sekali setidaknya tiap rumah beli satu tandon isi 1.000 liter, harganya Rp200 ribu, alami dari mata air di Gunung Lantung. Jadi khusus untuk air minum,” jelasnya.

Mobil membawa tangki air milik Konedi mengalirkan air bersih di rumah Ketua BPK Penarung, Yeri Toi. ISTIMEWA/KABARKUBAR.COM

Pria yang mengaku pernah 20 tahun bekerja di perusahaan pertambangan batubara ini, menyebut tahu perlakuan perusahaan kepada masyarakat dan lingkungan. Sehingga dugaan pencemaran Sungai Tunau yang menjadi salah satu sumber air bersih, dilaporkan kepada Bupati Kutai Barat.

“Sabtu (26 Juni 2021), ada tim dari perusahaan datang tanya soal air. Kenapa baru sekarang tanya? Bertahun-tahun kami sulit air bersih. Sebagai penjual air saya senang saja dapat untung. Tapi sekarang saya pemimpin, kasihan saya kepada warga. Apa daya mereka harus beli air,” katanya.

“Kami ini kebagian penyakitnya saja. Dulu pernah ikan-ikan mati di sungai, tapi waktu itu kita tidak ada kamera. Memang CSR (community social responsibility) jalan, tapi tidak tepat sasaran. Kita tidak tahu yang mana saja bantuan Banpu, mana dari pemerintah, karena tidak ada plang proyeknya,” imbuh Konedi.

Syahrunsah, warga RT 2 Kampung Penarung, membenarkan TCM telah menyediakan sarana air bersih bagi mereka. Hanya saja, bukan untuk dikonsumsi. “Dari Banpu (TCM), hanya untuk mencuci dan mandi. Kalau mau diminum, harus dijernihkan dulu dalam gentong, dimalamkan atau pakai tawas,” jelasnya.

Ia melanjutkan, awal tahun 2021 ada proyek sarana air bersih dari pemerintah kampung. Kualitas airnya sangat baik, jernih, layak dikonsumsi, bahkan bisa langsung diminum. Hanya saja, hanya sekitar sebulan air yang bersumber dari anak Sungai Masap itu mengalir ke rumah-rumah warga.

“Jalan sekitar sebulan. Setelah pasang meteran, langsung tidak jalan. Kami tanya, katanya duitnya habis, tunggu tahun depan,” katanya, dan menunjukkan meteran air berwarna biru miliknya yang menunjukkan angka 00001 meter kubik.

“Kalau semua kami gunakan air ini, tidak cukup. Harus pesan (beli) air minum,” ungkap Jalem, yang pernah menjabat Kepala Kampung atau Petinggi Penarung di periode 2008-2015. Ia mengaku bantuan sarana air bersih dari TCM diadakan saat kepemimpinannya.

Menanggapi keluhan itu, Wahyu Harjanto menegaskan telah membangun instalasi air bersih di Penarung. “Harusnya tetap berfungsi. Kita akan langsung mengecek ke sana,” katanya saat kunjungan kerja Komisi 1 DPRD Kubar di areal Sungai Tunau pada Jumat, 30 Juli 2021. #Sonny Lee Hutagalung

Komentar

comments